Link |
Kemaren, saya buka-buka imdb dan menemukan
beberapa film dengan kategori coming soon, atau dalam bahasa Indonesia-nya,
segera. Artinya, film-film tersebut akan tayang dalam waktu dekat. Salah satu
yang jadi perhatian saya adalah poster film ini. Gak ngerti kenapa fokus
perhatian saya tertuju ke sana. Hmmm... Mungkin karena saya menyukai yang
namanya rotoscoping,
makanya jadi kepincut kayak ikan cucut.
Setelah melihat poster, fokus saya kemudian
tertuju ke sutradara, dan memang kebetulan nama ini cukup menjadi perhatian
saya sebelumnya. Ya, dia adalah Jason Reitman, yang tak lain masih tetangga
sama saya waktu dulu di Bantargebang. Jason (kita sebut saja begini, ya) adalah
sutradara yang ganteng secara penampilan. Kalo melihat dari image yang ada di
google, maka saya paling “nyes” (bayangin kayak besi panas disiram aer) waktu
liat fotonya yang ini.
Weits, keren bangetlah pokoke. Pakek kacamata ala “Top Gun”, pakek baju motif
kotak flanel, mirip-mirip anak grunge-lah. Untung saja saya cowok, kalo cewek
udah saya kirimin surat biar dia dateng ke Indonesia dan meng-kiss-kiss-aw
saya.
Makin penasaran, saya pun ngecek trailer film ini
yang ada di youtube.
Maklum, zaman sekarang segalanya serba canggih. Cukup pakek laptop, kita udah
bisa liat trailer-trailer film coming soon dengan seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Coba bayangin zaman dulu, beuh, kalo nggak nonton film di
bioskop, mana sempat kebagian liat trailer. Dan ternyata saudara-saudara,
setelah menyaksikan trailer-nya saya langsung kepincut. Satu kata setelah
melihat trailer-nya adalah... Stylish.
Kalo trailer-nya aja udah stylish, gimana isi film-nya, ya?
Secara garis besar, film ini berkisah tentang
manusia dan teknologi yang pada tahun lalu mengingatkan saya akan film Her (2013). Spontan aja
saya connect ke situ, karena tahun kemaren film yang digarap oleh Spike Jonze
itu masuk nominasi Oscar. Mungkin bedanya bisa dilihat dari sudut pandang, kalo
“Her” lebih ke “tergoda nikmatnya teknologi, ah sssh”, sedang yang ini lebih ke
“dampak teknologi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara”. Ini menurut
tangkapan saya, lho. Secara Her juga belum nonton, jadi anggap saja begitu. Hehe...
Terus kalo liat sinopsis yang bercerita tentang
kehidupan anak SMA, maka saya langsung ingat film Elephant (2003), yang
koleksi VCD original saya entah siapa yang pinjam gak dibalikin, Hehe... Taste
yang saya rasakan saat melihat trailer film ini adalah... Sepi aka galau aka
syahdu aka kelam, model-model gitu, deh. Kayak kehidupan kita sekarang yang
tanpa disadari sudah jarang berinteraksi lantaran terlalu sering hidup di dunia
maya (lo aja ngkale). Ya, mau gimana lagi? Kondisinya sudah begitu. Tapi ada
lagi film lain yang secara nggak langsung menggambarkan tipe yang sama...
Ini dia, nih. Film Wall-E (2008), yang
bagian manusia hidup di depan layar monitor dan kursi yang bisa dibawa
kemana-mana (Ingat-ingat lupa). Manusia-nya gendut semua dan jarang melakukan
aktivitas. Terus ingat lagi film Social Network (2010),
dimana ada bagian imajinasi Mark Zuckerberg yang di-visualisasikan.
So... Jika disimpulkan tentang film yang akan
rilis tanggal 17 Oktober 2014
ini, kalo kata saya, sih... Bercerita mengenai kehidupan kita sekarang yang
pikirannya sudah nyangkut di jaringan internet dan menguap dalam dunia
clouding. #AhayGayaBingits
(Gelumbang / Rabu, 1 Oktober 2014)
Comments
Post a Comment