Men, Women & Children (2014)

Link


Kemaren, saya buka-buka imdb dan menemukan beberapa film dengan kategori coming soon, atau dalam bahasa Indonesia-nya, segera. Artinya, film-film tersebut akan tayang dalam waktu dekat. Salah satu yang jadi perhatian saya adalah poster film ini. Gak ngerti kenapa fokus perhatian saya tertuju ke sana. Hmmm... Mungkin karena saya menyukai yang namanya rotoscoping, makanya jadi kepincut kayak ikan cucut.


Setelah melihat poster, fokus saya kemudian tertuju ke sutradara, dan memang kebetulan nama ini cukup menjadi perhatian saya sebelumnya. Ya, dia adalah Jason Reitman, yang tak lain masih tetangga sama saya waktu dulu di Bantargebang. Jason (kita sebut saja begini, ya) adalah sutradara yang ganteng secara penampilan. Kalo melihat dari image yang ada di google, maka saya paling “nyes” (bayangin kayak besi panas disiram aer) waktu liat fotonya yang ini. Weits, keren bangetlah pokoke. Pakek kacamata ala “Top Gun”, pakek baju motif kotak flanel, mirip-mirip anak grunge-lah. Untung saja saya cowok, kalo cewek udah saya kirimin surat biar dia dateng ke Indonesia dan meng-kiss-kiss-aw saya.


Makin penasaran, saya pun ngecek trailer film ini yang ada di youtube. Maklum, zaman sekarang segalanya serba canggih. Cukup pakek laptop, kita udah bisa liat trailer-trailer film coming soon dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Coba bayangin zaman dulu, beuh, kalo nggak nonton film di bioskop, mana sempat kebagian liat trailer. Dan ternyata saudara-saudara, setelah menyaksikan trailer-nya saya langsung kepincut. Satu kata setelah melihat trailer-nya adalah... Stylish. Kalo trailer-nya aja udah stylish, gimana isi film-nya, ya?


Secara garis besar, film ini berkisah tentang manusia dan teknologi yang pada tahun lalu mengingatkan saya akan film Her (2013). Spontan aja saya connect ke situ, karena tahun kemaren film yang digarap oleh Spike Jonze itu masuk nominasi Oscar. Mungkin bedanya bisa dilihat dari sudut pandang, kalo “Her” lebih ke “tergoda nikmatnya teknologi, ah sssh”, sedang yang ini lebih ke “dampak teknologi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara”. Ini menurut tangkapan saya, lho. Secara Her juga belum nonton, jadi anggap saja begitu. Hehe...


Terus kalo liat sinopsis yang bercerita tentang kehidupan anak SMA, maka saya langsung ingat film Elephant (2003), yang koleksi VCD original saya entah siapa yang pinjam gak dibalikin, Hehe... Taste yang saya rasakan saat melihat trailer film ini adalah... Sepi aka galau aka syahdu aka kelam, model-model gitu, deh. Kayak kehidupan kita sekarang yang tanpa disadari sudah jarang berinteraksi lantaran terlalu sering hidup di dunia maya (lo aja ngkale). Ya, mau gimana lagi? Kondisinya sudah begitu. Tapi ada lagi film lain yang secara nggak langsung menggambarkan tipe yang sama...


Ini dia, nih. Film Wall-E (2008), yang bagian manusia hidup di depan layar monitor dan kursi yang bisa dibawa kemana-mana (Ingat-ingat lupa). Manusia-nya gendut semua dan jarang melakukan aktivitas. Terus ingat lagi film Social Network (2010), dimana ada bagian imajinasi Mark Zuckerberg yang di-visualisasikan.


So... Jika disimpulkan tentang film yang akan rilis tanggal 17 Oktober 2014 ini, kalo kata saya, sih... Bercerita mengenai kehidupan kita sekarang yang pikirannya sudah nyangkut di jaringan internet dan menguap dalam dunia clouding. #AhayGayaBingits


(Gelumbang / Rabu, 1 Oktober 2014)






Comments