Tentang Tema Festival Film Indonesia 2014


Sumber


Nggak sengaja ngecek di google dengan kata kunci “Festival Film Indonesia”, maka link pertama yang muncul adalah wikipedia. Link kedua yang muncul adalah tentang Festival Film Indonesia 2012. Di sinilah saya tak sengaja melihat tentang tema FFI, dimana tahun 2012 itu temanya adalah... Film Kita Wajah Kita. Lalu saya ingat tahun kemaren waktu menghadiri FFI di Semarang (2013), temanya adalah... Bersama Kita Bisa Majukan Film Indonesia (BKBMFI). Yang jadi pertanyaan, apa yang akan menjadi tema FFI kali ini? Hmmm... Menarik, nih.

Ada beberapa hal yang menjadi bahan pemikiran untuk FFI yang akan diadakan di Palembang ini, antara lain:

1. Kita baru saja selesai mengadakan Pemilu,
2. Isu dunia tentang perfilman mulai bergairah, terutama berkaitan dengan pendapatan dari industri film (sotoy dikit-lah pokoknya),
3. Sisi positif yang bisa kita ambil dengan kemunculan jaringan bioskop adalah rapi untuk urusan manajemen, tapi kelemahannya terkesan monopoli (gaya ngomongnya ala Syahrini),
4. dsb.

Intinya banyak permasalahan pada dunia perfilman di Indonesia, mulai dari kesejahteraan kru sampai masalah bajakan. Yang terberat adalah menyatukan semua permasalahan itu menjadi satu kalimat tema yang efektif.

Sebagai contoh untuk tahun kemaren, kalimat BKBMFI cukup mewakili geliat yang ada di republik ini. Terutama sekali menyangkut Pemilu yang kemaren cukup menguras perhatian kita, sampai-sampai anak kecil saja ikutan ngomongin siapa capres pilihannya. Terus, saya jadi ingat istilah yang cukup populer di zaman pemilu kemaren, yaitu Revolusi Mental. Apakah kita akan memakai sedikit bagian dari istilah ini? Boleh-boleh saja, kok. Tapi satu hal yang perlu dicatat, pengucapannya jangan sampai salah. Huruf “e” pada kata “mental” harus diucapkan seperti “e” yang ada di kata “betul”. Itu baru benar sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan.

Tapi menurut hemat saya sebagai manusia Indonesia seutuhnya, tema FFI yang akan diadakan di Palembang ini sebaiknya berkisar tentang “bergerak”. Biar kita nggak berwacana terus tapi ujungnya malah kebingungan sendiri (pengalaman pribadi soalnya). Supaya bisa menemukan ini, ada baiknya sering-sering mendengar lagu-lagu perjuangan kayak “Maju Tak Gentar”, “Bangun Pemudi Pemuda”, bahkan “Syukur” (tapi dibuat punk, lho).

Pergerakan inilah yang sangat diperlukan bagi perfilman di Indonesia, karena menyangkut masalah harkat dan martabat bangsa di kancah perfilman dunia. Mulai dari gerakan mencintai film Indonesia, gerakan menyayangi film Indonesia, sampai gerak jalan. Istilah untuk temanya mungkin seperti... Film Indonesia, Gerakan Indonesia. Atau... Gerakan Film Indonesia. Atau seperti ini... Melalui Film Indonesia Kita Bergerak. Yang penting jangan... Gerakan 30 September Perfilman Indonesia, bisa dianggap subversif kita nanti.

Apapun temanya, yang jelas perfilman Indonesia itu sudah terbukti membuat ganteng/cantik manusia Indonesia, sesuai TAP MPR no.2/MPR/1978 tentang Ekaprasetya Pancakarsa. Merdeka!


(Gelumbang, 15 Agustus 2014)








Comments