Bicara Film Indonesia = Bicara KARYA DAN BISNIS


Oleh: Wurry Parluten

HIPMI, adalah singkatan dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Salah satu syarat menjadi anggota HIPMI, ya musti muda dulu dong. Kalo tua ya ndak bisa. Namanya bisa berubah jadi HIPTI, hehe...

Suatu hari saya mendapat kiriman link dari adik saya, kata dia, akan ada pemutaran film Wanita Tetap Wanita di HIPMI NOBAR. Saya jadi bingung, yang dimaksud HIPMI NOBAR itu apa? Ternyata itu adalah kepanjangan HIPMI NOnton BAReng. Kita bisa berkontribusi via twitter di akun Hipmi_Nobar.

Saya berdiskusi dengan Mas Toto Soegriwo, dari Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia (GPBSI), yang kebetulan hadir di acara “Diskusi Rabuan bertajuk : Romantisme Bioskop Tua dan Dukung Bioskop Menengah”. Ada beberapa hal yang unik saya baca di tulisan ini, antara lain:

1. Bioskop Satelit

Ini dibahas oleh Pak Parwez (Chand Parwez Servia), karena ini menggabungkan antara kemajuan teknologi dan dunia perbioskopan. Dibutuhkan semacam server, lantas receiver, kemudian projector yang bisa menayangkan film tersebut. Yang jadi masalah hanya kecepatan koneksi internet saja, sehingga teknologi ini bisa digunakan.

2. HIPMI Nonton Bareng

Erik Hidayat (BPP HIPMI Bidang Parekraf) ternyata sudah menggagas ini. Jadi menggandeng jaringan HIPMI yang ada di tiap provinsi untuk menghargai karya anak bangsa dengan menonton Film Indonesia. Ini realistis dan menarik. Karena bisa jadi semacam pemacu agar anak-anak muda gemar berkarya sambil belajar kewirausahaan.

Mas Toto sengaja membuat catatan untuk saya, tentang hasil dia mengikuti acara tersebut. Berikut catatannya:

Program HIPMI NOBAR adalah program yang baru berjalan berada di bawah Ketua Bidang Pariwisata dan Industri Kreatif (Erik). Program tersebut akan terus dilaksanakan di seluruh wilayah/provinsi.

Diskusi-diskusi semacam tadi, akan terus dilaksanakan dengan topik yang bervariasi. Sekitar bulan Maret tahun depan, HIPMI mau bikin FESTIVAL INDUSTRI KREATIF.

HIPMI NOBAR bertujuan untuk mengapresiasi film karya anak negeri dan mensosialisasikan kepada masyarakat baik keluarga besar HIPMI maupun masyarakat luas agar mencintai dan mendukung industri film nasional agar bisa tumbuh, maju dan berkembang.

3. Komunitas “KritiK Sinema Indonesia” (K2SI)

Jujur, saya baru mendengar komunitas ini. Menurut saya menarik, paling tidak dengan adanya komunitas ini akan memberi masukan bagi perkembangan kualitas karya-karya sineas Indonesia.

Dari 3 catatan di atas, saya berkesimpulan bahwa ada harapan untuk Perfilman Indonesia. Paling tidak dengan cara ini, memberi kejelasan kepada para pembuat film muda, untuk lebih giat lagi berkarya. Saya jadi mikir, ini seakan nyambung dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya mengenai Industri Hulu (Ihul) dan Industri Hilir (Ihil) Perfilman Indonesia. Dimana Ihul fokus ke karya, Ihil fokus ke bisnis.

Jadi kesimpulan saya, bicara perfilman Indonesia adalah... Bicara Karya Dan Bisnis (KDB).

Semoga berguna!!!

Comments