4.631.841


4 Agustus 2014


Buat para penggemar film-film Indonesia, tahukah angka apa itu? Itu adalah jumlah penonton tertinggi pada salah satu film Indonesia. Sampai sekarang, inilah yang menjadi patokan untuk film terlaris di republik ini. Disebut laris karena memang belum ada yang mengalahkan angka tersebut.

Coba kita telaah lagi angka tersebut dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Menurut asumsi penghitungan pendapatan kotor dari peredaran suatu film tahun 2013, setiap penonton semestinya menghasilkan 30.000 rupiah. Dalam artian dari setiap tiket yang dibeli, maka pendapatan kotornya segitu. Tapi kenyataan di lapangan (2013-2014), saya melihat harga tiket paling murah rata-rata adalah 25.000 rupiah pada jaringan standar bioskop 21, pada pemutaran hari biasa, alias bukan hari libur. Bioskop dengan tiket termurah di jaringan 21 yang pernah saya pakai untuk survei adalah... 21 Plaza Depok. Cek aja di website 21, apakah sekarang harganya sudah berubah atau belum?

Inilah yang menjadi kendala para Produser atau Calon Produser untuk bermain di bisnis perfilman. Patokan pasti ini masih membingungkan mereka, meski sebenarnya ada penjelasan khusus untuk kasus tersebut. Harga segitu akan ketutup pada hari sabtu, minggu atau liburan, dimana para pengusaha perfilman memang membidik pasar di hari-hari tersebut. Tapi tetap yang namanya gelisah itu pasti selalu ada, soalnya bidang perfilman kita ini kan bisa dikatakan belum termasuk kategori bisnis yang “sehat”. Inilah yang membuat saya bertanya, kenapa bisnis perfilman yang kalo dihitung asumsinya banyak menghasilkan uang, kok nggak masuk dalam jaringan saham?

Beberapa waktu lalu saya studi sedikit tentang forbes dan billionaire-nya, fokus ke bidang media. Sebut saja ada Steven Spielberg, George Lucas, dan yang mengejutkan ada Cai Dongqing, yang fokus ke bisnis animasi. Saya ingat, ketika tahun 2010 pernah bilang di Media Indonesia tentang... Stop Impor Animasi, dan kita musti belajar dari China. Dari 2010 hingga sekarang saya bertemu kendala karena memang sulit meyakinkan yang model begini. Tapi ini buktinya! Ini bukti bahwa apa yang saya bicarakan 4 tahun lalu sudah mengangkat derajat negaranya di mata dunia. Gila, 4 tahun saja sudah membuktikan pengusaha China (di bidang animasi) bisa tembus masuk dalam jajaran forbes billionaire. Kita bagaimana?

Ini bisnis, Cuy. Gak ada urusan sama politik. Semua orang Indonesia yang masuk forbes billionaire pasti berfikir hanya untuk bisnis. Kalo kita bandingkan dengan cita-cita Jokowi (sementara ini sudah dianggap sebagai presiden terpilih) tentang revolusi mental, di situ dijelaskan bahwa nggak selamanya kita menunggu kebijakan untuk memulai sesuatu. Jika kita merasa bahwa bidang ini adalah panggilan kita, lakukanlah! Lakukan sesuai apa yang kita mampu. Jangan menunggu pemerintah, karena mereka saja mikirin gaji bawahannya pusing. Kesimpulannya... Kira-kira film apa lagi yang akan menaklukkan angka 4.631.841 tersebut? Mari kita saksikan bersama-sama di bioskop!

Pintu teater 10 sudah dibuka, penonton yang sudah memiliki karcis, diharapkan...

CATATAN : Bingung nih masalah penyebutan China dan Tionghoa. Pakek China saja dulu-lah, soalnya wikipedia internasional mintanya begitu.



(Gelumbang, 4 Agustus 2014)







Comments