Program #1001TiketFilmIndonesia
terjadi lantaran saya ingin memberi bukti kepada anak-cucu nanti, bahwa saya
pernah menjadi penggemar film-film Indonesia. Salah satu buktinya adalah
mengumpulkan tiket pada saat saya menonton. Tapi apa yang terjadi sekarang?
Tiket-tiket yang saya kumpulkan itu malah tulisannya jadi hilang. Padahal saya
sudah me-lakban-nya pakai lakban bening, jadi kayak dibuat laminating gitu.
Tetep saja hasilnya payah. Tiket 10 film di awal program
#1001TiketFilmIndonesia tulisannya jadi hilang.
Tiket ke..... = Berarti kondisi saat awal tiket
dipotret
Judul film di dalam kurung = Kondisi tiket barusan
saya potret
Inilah yang membuat saya ingat akan tulisan
sebelumnya tentang, Tiket Bioskop Pakai Nama. Jadi kalo kita habis nonton terus motret itu tiket (yang ada
namanya), bisa jadi bukti bahwa kita pernah nonton film itu dan ada harga
tiketnya. Sebagai contoh tiket kereta api yang saya potret barusan, antara
lain:
Kalo tiket film Indonesia saja nggak bisa dibuat
jadi bukti sejarah, gimana dengan film Indonesia di masa depan? Jadi nyambung
obrolan nih, sama tulisan tentang arsip film nasional. Pantas saja kita kekurangan film-film tentang masa lalu yang
bicara sejarah sebagai karakter bangsa, orang kita nggak pernah peduli dengan
pengarsipan. Nanti kalo kita buat film yang serba gahol kayak sekarang, malah
dibilang nggak mendukung kearifan lokal. #CapwekDweeeh
Udah ah, serba payah pokoknya. Daripada pusing
mending dengerin lagu Raisa aja, deh. Lebih nyenengin, lebih bikin fresh kepala. Tarik Maaaang!
#Joget2
(Gelumbang, 21 Februari 2014)
Comments
Post a Comment