Kalo di Yogya ada Dagadu, di Bali ada Joger, di Palembang ada Nyenyes. Nyenyes itu berasal dari bahasa Palembang. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira artinya, cerewet, bawel, pengadu, dsb. Mungkin kaos ini adalah bentuk perlawanan dari si pembuat terhadap situasi-kondisi yang ada di dalam masyarakat. Semacam ekspresi seni yang mengajak orang berfikir sambil tertawa. #MungkinLho
Lalu bagaimana caranya membuat kata-kata unik, agar pangsa pasar pembelinya luas?
Kata-kata yang unik itu bisa menjadi nilai jual tersendiri. Kalau zaman dulu, mungkin kaidah bahasa itu mengharuskan kita untuk mengikuti pakem yang ada. Tapi sekarang zamannya sudah beda, zaman internet dengan kebebasan ekspresi ini punya audience yang jelas-jelas beda. Saya bingung menyebutnya, soalnya ada yang bilang sekarang dengan istilah #GenerasiLebay, ada yang bilang #GenerasiAlay, ada lagi yang bilang #GenerasiChibi (halah). Intinya, untuk membuat kata-kata unik di kaos juga disesuaikan dengan calon customer.
Menurut hemat saya setelah mengikuti Konferensi Meja Bundar, yang musti dilakukan agar bisa menciptakan kalimat-kalimat yang unik, yaaa... Musti riset. Riset ke anak-anak muda yang menjadi calon pembeli. Misal pangsa pasar Palembang dan sekitarnya, berarti bahasa gaulnya anak muda di Palembang apa?
Pertanyaan lain lagi adalah... Bagaimana cara menyatukan antara budaya pop dan kearifan lokal? Bagaimana Nyenyes dan kaos-kaos lain bisa membuat orang ingat akan Palembang. Kayak istilah "lemak nian", "wong kito galo", "ado nianlah", macam-macam. Bahasa ini menjadi diplomasi dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga terjadi percampuran budaya yang berujung pada... Ya, inilah Indonesia. Inilah keberagaman Indonesia, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan asing, dan lagi-lagi berimbas kepada Devisa Negara (disingkat #Devra).
Hehehe... Asli ketawa sendiri nih, setiap nulis ujungnya Devra. Ketauan banget abis ngecek dompet.
Nyenyes adalah salah satu tempat bagi mereka yang hobi mengoleksi kaos khas daerah. Selain Nyenyes, di Palembang ini ada yang namanya Musi Mania dan khabarnya ada lagi yang bernama Kelakar. Mungkin suatu saat kalau saya punya waktu, saya akan mampir ke tempat itu.
(Gelumbang, Minggu 5 Januari 2014)
Lalu bagaimana caranya membuat kata-kata unik, agar pangsa pasar pembelinya luas?
Kata-kata yang unik itu bisa menjadi nilai jual tersendiri. Kalau zaman dulu, mungkin kaidah bahasa itu mengharuskan kita untuk mengikuti pakem yang ada. Tapi sekarang zamannya sudah beda, zaman internet dengan kebebasan ekspresi ini punya audience yang jelas-jelas beda. Saya bingung menyebutnya, soalnya ada yang bilang sekarang dengan istilah #GenerasiLebay, ada yang bilang #GenerasiAlay, ada lagi yang bilang #GenerasiChibi (halah). Intinya, untuk membuat kata-kata unik di kaos juga disesuaikan dengan calon customer.
Menurut hemat saya setelah mengikuti Konferensi Meja Bundar, yang musti dilakukan agar bisa menciptakan kalimat-kalimat yang unik, yaaa... Musti riset. Riset ke anak-anak muda yang menjadi calon pembeli. Misal pangsa pasar Palembang dan sekitarnya, berarti bahasa gaulnya anak muda di Palembang apa?
Pertanyaan lain lagi adalah... Bagaimana cara menyatukan antara budaya pop dan kearifan lokal? Bagaimana Nyenyes dan kaos-kaos lain bisa membuat orang ingat akan Palembang. Kayak istilah "lemak nian", "wong kito galo", "ado nianlah", macam-macam. Bahasa ini menjadi diplomasi dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga terjadi percampuran budaya yang berujung pada... Ya, inilah Indonesia. Inilah keberagaman Indonesia, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan asing, dan lagi-lagi berimbas kepada Devisa Negara (disingkat #Devra).
Hehehe... Asli ketawa sendiri nih, setiap nulis ujungnya Devra. Ketauan banget abis ngecek dompet.
Nyenyes adalah salah satu tempat bagi mereka yang hobi mengoleksi kaos khas daerah. Selain Nyenyes, di Palembang ini ada yang namanya Musi Mania dan khabarnya ada lagi yang bernama Kelakar. Mungkin suatu saat kalau saya punya waktu, saya akan mampir ke tempat itu.
Comments
Post a Comment