![]() |
Hari ini saya jalan-jalan ke
TVRI Stasiun Palembang. Sekalian mengenang zaman dulu waktu SD saya pernah
tampil di sini. Kalo melihat TVRI sekarang, jadi miris rasanya, soalnya TV yang
tersebar di seluruh Indonesia
ini terkesan ketinggalan zaman dan gak update. Padahal kita nggak akan begini
tanpa TVRI.
Saya waktu kecil nggak akan
tahu tentang Sinetron (Sinema Elektronik) kalau bukan gara-gara TVRI. Salah
satu sinetron yang saya ingat bikinan TVRI Palembang adalah "Ola Kaya
Hahaha". Waktu kecil saya beberapa kali ikutan "Aneka Ria Anak-Anak
Nusantara", artinya, walaupun saya tinggal di kampung kesempatan itu tetap
ada. Kesempatan seorang anak kampung untuk tampil di Televisi.
![]() |
Salah satu yang bikin saya
jadi penasaran adalah, saya ingin menonton ulang sinetron "Ola Kaya
Hahaha". Soalnya secara cerita, sinetron itu cukup punya twist di ending.
Di sinilah saya nggak sengaja obrol-obrol dengan Kak Dedi (putra almarhum Yas
Budaya) dan Kak Haeru Nasri tentang "database".
Permasalahannya, database film Indonesia maupun sinetron Indonesia itu
kurang mendapat perhatian.
Pertanyaannya, gimana dengan database sinetron daerah? Tiap daerah punya
sinetron unik, yang pernah mendapat tempat di hati penontonnya. Seperti saya,
jujur saja rasa rindu untuk menonton "Ola Kaya Hahaha" itu muncul.
Melihat gambar TVRI zaman dulu dengan bintik-bintik resolusi, seperti kembali
ke masa lalu. Seperti tersadar, mungkin ini yang membuat saya terjun ke dunia
entertainment.
![]() |
Masalah database ini menjadi
penting, soalnya, kemana lagi kita akan belajar tentang sejarah perkembangan
sinema Indonesia ?
Soalnya saya suka gregetan kalo mendengar generasi zaman dulu yang suka
mengatakan bahwa... Sinema zaman dulu lebih hebat dari zaman sekarang. Buktinya
man-na? Kalo emang ada, saya ingin lihat.
![]() |
Enak ngomongnya begini...
Kalo kita punya pengetahuan tentang sinema zaman dulu, itu akan mempermudah
kita untuk membuat sinema di masa mendatang. Soalnya… Kita gak akan bisa
mengira-ngira selera penonton kita, kalo nggak melihat masa lalu sinema kita.
Sederhananya, kalo luar negeri bisa, kenapa kita nggak bisa?
CATATAN : Sinetron itu
kepanjangan dari Sinema Elektonik. Jadi yang namanya sinetron ya sinema juga,
alias film juga.
(Hotel Aston Palembang , 2 Januari
2014)
Comments
Post a Comment