Catatan Usai Menonton Pukulan Maut


http://on.fb.me/1cpr7r4

Saya baru ngeh, kalo film ini disutradarai oleh Nayato Fio Nuala. Seingat saya, dia ini salah satu sutradara yang cukup produktif di Indonesia. Mulai dari film romance sampe film horor pernah dia garap. Kali ini dia membuat film berbeda, yaitu film laga.

Hal pertama yang menjadi catatan saya saat menonton film ini adalah... Kok film laga gambarnya kayak film horor, ya? Unik kalo menurut saya, sih. Terus setting-nya juga film horor bangets. Nggak ada kesan bahwa ini film laga kalo secara gambar. Tapi ya, sah-sah aja. Mungkin ini gaya Nayato dalam menyutradarai filmnya.

Secara pemaen juga unik. Yang jadi Aldo, kalo menurut saya mengingatkan akan Marcel Chandrawinata. Nah, secara kostum yang dikenakan juga sangat anak muda. Satu hal yang stylish adalah, saat Aldo mau bertarung terus memakai headset gede di kupingnya.

Tapi ada yang kurang kalo menurut saya di sini, yaitu musiknya. Aldo kan ingin menjadi pemusik klasik, mustinya pertarungan itu dibuat dengan latar belakang musik klasik. Mungkin jadi slow motion, dan lebih stylish dengan darah muncrat-muncrat. Kan nggak mesti adegan bertarung dibuat dengan musik dengan beat keras.

Contoh adegan berkelahi yang tidak memakai musik dengan beat cepat adalah Good Will Hunting. Saat Will dkk berantem di lapangan basket gara-gara cewek yang mereka kenal dilecehkan. Will dkk berkelahi dengan geng lawan, tapi musiknya tidak dibuat keras. Buat saya ini stylish, dan terbukti film itu cukup mendapat perhatian di zamannya.

Terus untuk adegan perkelahian yang ada efek muncratan darah. Buat saya ini juga asyik. Untuk film dengan genre seperti ini memang muncratan darah itu bisa menghasilkan efek yang maksimal. Namun ada kekurangan dari segi sound efek, soalnya, untuk membuat adegan lebih dramatis dibutuhkan juga sound efek yang mengena. Kalo istilah novel silat zaman dulu tuh suka dibilang... Sret! Beset! Alias sebuah pisau mengenai daging, sehingga menimbulkan efek.

Untuk ending titling juga unik menurut saya. Saya suka karena dibuat animasi dengan gaya grafis. Mengingatkan saya akan film “Kumohon, Cintailah Aku” yang dulu pernah saya bikin.


(Sekitaran Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, 16/1/2014)


Comments