Catatan Sesudah Nonton Sang Kiai

Film ke-38 Tiket ke-42

Tadi sih saya mikir kayaknya nggak sempat nonton film hari ini (13/1/2014), soalnya bis yang saya gunakan (dari Bandung ke Jakarta) terjebak macet di jalan tol. Namun setibanya di Kampung Rambutan, saya langsung menuju Plaza Kalibata. Masih sisa 2 pertunjukan lagi dari 3 film yang rilis minggu kemaren. Saya musti ngejar, karena minggu kemaren banyak habis di perjalanan. Untungnya saya masih sempat nonton Sang Kiai barusan, film pemenang FFI 2013.

Seperti biasa, pelajaran pertama yang saya dapat saat menonton film ini adalah... Jangan biasakan nonton film pas jam Maghrib. Buktinya tadi, nonton film "Sang Kiai" di jam sholat Maghrib. Berasa kayak ditampar gitu wajah saya, apalagi di dalam film ada adegan yang intinya... Bersegeralah sholat saat azan berkumandang.

Terus karena film ini bercerita tentang Sang Kiai, apa enak ya kalo nonton sambil pacaran? Kayaknya nggak enak, deh. Soalnya gak matching deh, kalo nonton film islami tapi berduaan sama yang bukan muhrim. Tapi sebenarnya Sang Kiai ini film perjuangan atau film islami, ya? Atau film perjuangan yang islami? Hmmm...

Karena ini film sejarah, berarti yang jadi perhatian saya pertama kali adalah artistik. Dimana-mana yang namanya bikin film tentang masa lalu itu berarti memindahkan dunia di masa lalu ke dalam film. Ini yang paling berat, terutama untuk departemen artistik, make up, wardrobe (kostum), dsb. Sebenarnya bukan itu saja, semua elemen di dalam film juga musti diperhatikan. Kayak dialog zaman itu untuk departemen skenario, terus musik, properti, macam-macam, deh. Intinya... Semakin moviemakers (movers) berhasil memindahkan zaman dulu ke layar, semakin sempurnalah itu film.

Terus apalagi ya, yang saya suka dari film ini? Hmmm... Pas adegan Bung Tomo pidato. Ternyata angle kameranya dibuat sama dengan foto Bung Tomo yang terkenal itu. Jadi inget film lama Forrest Gump kalo begini. Saya kayak dibawa ke masa lalu untuk melihat langsung Bung Tomo berpidato.

Terus dari segi cerita, saya melihat ada 2 plot yang dibuat. Plotnya Harun dan plotnya Kiai. Plot Harun ini ada romance-nya, sedang plot Kiai lebih kepada tokoh. Itu tangkepan saya, lho.

Gimana dengan kamu?

(Kalibata XXI, 13 Januari 2014)






Comments