PIM (Palembang Indah Mall) XXI


Jadi ingat dulu bareng Lulu Ratna dan Hady Sumarna, kami jalan-jalan di PIM. Lulu kaget, ternyata di Palembang juga ada PIM. Tapi jangan salah sangka dulu, yang dimaksud dengan PIM ini adalah Palembang Indah Mall. Bukan Pondok Indah Mall yang di Jakarta itu.


Ceritanya hari ini saya dan Darwin jalan-jalan ke PIM, untuk menonton film 47 Ronin. Penasaran aja, udah lama nggak nonton film asing. Ya, anggap saja untuk studi banding, kenapa film kita itu kurang diminati? Kenapa orang-orang kita lebih suka nonton film asing ketimbang film buatan negeri sendiri?


Sambil menunggu pertunjukan, saya dan Darwin sedikit membahas ini. Kalo menurut Darwin, film kita kurang diminati lantaran kurang meyakinkan secara tontonan. Disebut kurang meyakinkan contohnya begini... Untuk adegan ledakan mobil saja, kita kelihatan cak ngota’i (bahasa Palembang yang artinya kurang lebih bohongan). Saya kok jadi mikir, kalo memang movers (moviemakers) nggak sanggup bikin film yang heboh, ngapain harus pakai meledakkan mobil? Ya, kan?


Di sinilah saya jadi tahu bahwa terkadang kita bernafsu ingin membuat film yang “wah”, tapi hasilnya “walah”. Terus gimana cara bikin film yang nggak terlalu bernafsu? Kalo menurut saya, sih. Ingat saja teori dari Vety Vera... Hidup ini jangan serba terlalu, yang sedang-seduwaaang saja.


Oke kalo masalah PIM XXI, saya baru ngeh kalo dari pintu masuk di sebelah kanan ada tempat main game. Saya kira nggak ada, eh, ternyata ada. Nah ini dia, nih masalahnya. Saya yang nggak nemu ada tanda bahwa di sebelah kanan tempat main game, atau memang nggak ada. Tempatnya nyempil, jadi jujur aja saya nggak tahu.


Oh ya. Kalo menurut Mbak Cantik yang jual tiket tadi (hehe, namanya rahasia dong), program Friday Movie Mania ada lho di PIM. Namanya Friday, berarti hari apa ya?

(Palembang, 31 Desember 2013)

Comments