![]() |
Setelah dari Bandung,
gue dan Agung menuju Semarang.
Kami naek kereta api, karena memang tiket pesawat lagi mahal. Dari Bandung memang
sudah disiapkan untuk menginap di Whiz Hotel.
Kadang-kadang gue bikin pelesetan nama hotel ini dengan... Yo wislah. Pokoke,
top markotob maknyus.
Kami memperkirakan tujuan kami yang berhenti di Stasiun Semarang Tawang. Maksudnya, kami berniat jalan kaki dari stasiun ke hotel. Bisa
diperkirakan jaraknya dari gambar ini. Dari tanda berwarna ungu ke tanda berwarna merah (B). Lumayanlah,
jalan kaki pagi-pagi. Katanya sih, biar lebih seksi. Lho! Gimana, sih?
Jauh-jauh ke Semarang kan biar tambah gueanteng teng teng teng?
Tiba di hotel niatnya sih nggak salah-salah. Mau langsung ikutan acara di Simpang Lima. Maklum, acara tanggal 6 lumayan. Eh, habis
mandi di hotel malah molor. Buakakakak... Jujur aja, hari ini gue nggak sholat
Jum’at, lho. Maafin Baim ya, Allah! Mua-af, ya!
Sorenya Agung masih teler gara-gara kecapean,
sementara gue liat matahari bagus buat jalan-jalan. Habis Ashar, gue pun
meluncur ke Simpang Lima. Lagi-lagi jalan kaki. Bueeeh, ini keringet rasanya lengket kayak
gimanaaa gitu. Saking lengketnya, nyampur sama aer ludah. Enak juga nelen
keringet ternyata. Asin-asin maknyus.
Seperti biasa, kalo mampir ke suatu kota gue
pengen beli peta. Beruntung banget rute gue jalan pas lewat Gramedia.
Beli peta-lah gue, sekedar meyakinkan bahwa gue gak kesasar. Kadang-kadang kalo
kita jalan kaki banyak belokan, kita suka lupa dan kesasar. Itulah gunanya
peta. Kata Dora The Explorer sih begitu.
Setibanya di Simpang Lima, gue langsung foto
sana-sini. Ternyata kondisi lumayan asyik. Gue telpon mas Toto, yang
ngajakin gue ke Citra 21. Emang tujuan gue ke Semarang selain ikut #FFI2013, gue juga
meneruskan program #1001TiketFilmIndonesia.
Asyik-asyik lho suasananya. Ada banyak hal yang gue temui. Tapi intinya, yang
namanya membuat festival itu nggak segampang membalikkan telapak tangan.
Apalagi ini? Festival Film Indonesia?
Setelah masuk bioskop Citra, gue ngobrol tentang apa
yang dilakukan mas Toto dengan membuat catatan nobar (nonton bareng). Tapi lama-lama kalo gue nilai di sini, nobar bukan lagi
kepanjangan nonton bareng, tapi “nonton bubaran”. Alias yang nggak dapet tiket
bubar, gara-gara telat ngantri. Tapi di sini kok gue jadi mikir strategi market
baru dalam film. Kayak gimana? Entar dulu, deh. Kaki gue masih pegel-pegel,
nih.
Kesimpulan gue hari ini adalah... Gila! Gimana
cara nyiapin pesta Perfilman Indonesia, sampe-sampe sehebat ini? Mana jadwal
besok khabarnya bakalan ada pawai segala. Kayak gimana, ya?
#Penasaran
Comments
Post a Comment