Petualang FFI 2013

http://on.fb.me/1blTVmI

Setelah dari Bandung, gue dan Agung menuju Semarang. Kami naek kereta api, karena memang tiket pesawat lagi mahal. Dari Bandung memang sudah disiapkan untuk menginap di Whiz Hotel. Kadang-kadang gue bikin pelesetan nama hotel ini dengan... Yo wislah. Pokoke, top markotob maknyus.

Kami memperkirakan tujuan kami yang berhenti di Stasiun Semarang Tawang. Maksudnya, kami berniat jalan kaki dari stasiun ke hotel. Bisa diperkirakan jaraknya dari gambar ini. Dari tanda berwarna ungu ke tanda berwarna merah (B). Lumayanlah, jalan kaki pagi-pagi. Katanya sih, biar lebih seksi. Lho! Gimana, sih? Jauh-jauh ke Semarang kan biar tambah gueanteng teng teng teng?

Tiba di hotel niatnya sih nggak salah-salah. Mau langsung ikutan acara di Simpang Lima. Maklum, acara tanggal 6 lumayan. Eh, habis mandi di hotel malah molor. Buakakakak... Jujur aja, hari ini gue nggak sholat Jum’at, lho. Maafin Baim ya, Allah! Mua-af, ya!

Sorenya Agung masih teler gara-gara kecapean, sementara gue liat matahari bagus buat jalan-jalan. Habis Ashar, gue pun meluncur ke Simpang Lima. Lagi-lagi jalan kaki. Bueeeh, ini keringet rasanya lengket kayak gimanaaa gitu. Saking lengketnya, nyampur sama aer ludah. Enak juga nelen keringet ternyata. Asin-asin maknyus.

Seperti biasa, kalo mampir ke suatu kota gue pengen beli peta. Beruntung banget rute gue jalan pas lewat Gramedia. Beli peta-lah gue, sekedar meyakinkan bahwa gue gak kesasar. Kadang-kadang kalo kita jalan kaki banyak belokan, kita suka lupa dan kesasar. Itulah gunanya peta. Kata Dora The Explorer sih begitu.

Setibanya di Simpang Lima, gue langsung foto sana-sini. Ternyata kondisi lumayan asyik. Gue telpon mas Toto, yang ngajakin gue ke Citra 21. Emang tujuan gue ke Semarang selain ikut #FFI2013, gue juga meneruskan program #1001TiketFilmIndonesia. Asyik-asyik lho suasananya. Ada banyak hal yang gue temui. Tapi intinya, yang namanya membuat festival itu nggak segampang membalikkan telapak tangan. Apalagi ini? Festival Film Indonesia?

Setelah masuk bioskop Citra, gue ngobrol tentang apa yang dilakukan mas Toto dengan membuat catatan nobar (nonton bareng). Tapi lama-lama kalo gue nilai di sini, nobar bukan lagi kepanjangan nonton bareng, tapi “nonton bubaran”. Alias yang nggak dapet tiket bubar, gara-gara telat ngantri. Tapi di sini kok gue jadi mikir strategi market baru dalam film. Kayak gimana? Entar dulu, deh. Kaki gue masih pegel-pegel, nih.

Kesimpulan gue hari ini adalah... Gila! Gimana cara nyiapin pesta Perfilman Indonesia, sampe-sampe sehebat ini? Mana jadwal besok khabarnya bakalan ada pawai segala. Kayak gimana, ya?

#Penasaran


Comments