Pelajaran Usai Menonton Mengejar Setan

http://bit.ly/JfaGWM

Perlu diberitahukan lagi, bahwa saya nonton kali ini gratis. Yang jadi pertanyaan, gimana cara saya mendapatkan tiket. Adalah adik saya, Ceni, yang bekerja di 21 Internasional Plaza mengusahakannya. Jadi dia dan kru bioskop lain mengecek tiket penonton, kali-kali ada yang tertinggal. Ternyata dapat, jadi saya bisa meneruskan program #1001TiketFilmIndonesia.

Pelajaran pertama saya saat menonton film ini adalah, jangan sekali-kali menonton film yang respon positif duluan. Soalnya akan ngejomplang waktu kita menonton film kedua yang responnya standar. Seperti kali ini, usai menonton Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, saya menonton film Mengejar Setan. Respon saya di 10 menit pertama langsung ngantuk. Soalnya udah keburu habis energi saat menonton film sebelumnya. Bahkan saya sempat ketiduran waktu menonton film ini.

Tapi lagi-lagi saya harus membuat catatan yang sekarang berubah menjadi pelajaran. Artinya, saya harus mencari sisi positif film ini, biar bisa jadi pelajaran movers (moviemakers) Indonesia. 

Saya suka sama gaya menampilkan hantunya. Walaupun secara ritme kemunculan biasa saja, tapi cukup stylish dengan rambut yang berkibar pelan. Dengan pemahaman sinematik saya, pikiran ini coba menerjemahkan bagaimana cara membuat muka hantu yang berubah dari wajah biasa ke wajah menyeramkan?

Misal, kita akan membuat adegan hantu yang walk in ke kamera dengan cepat, terus wajahnya berubah menjadi seram saat dekat dengan kamera. Bagaimana cara membuatnya? (Ini versi saya, ya)

Langkah pertama, rekam dulu gambar seseorang yang mendekat ke kamera. Lalu, rekaman itu dipindahkan ke editing. Waktu di editing, file video (katakanlah 2 detik) itu kita proses frame by frame. Baru di bagian ending, kita merubah wajahnya menjadi seram.

Untuk merubah wajahnya menjadi seram, kita butuh export file gambar (semacam jpeg, png, atau apalah). Baru kita digital imaging file wajah tersebut menjadi seram. Setelah berhasil, import lagi ke editing, dan dikembalikan ke tempatnya tadi. Baru diatur ritme di timeline editing, bagaimana cara dia berubah menjadi hantu. 

Jadi, deh! Tinggal ditambahkan sound efek surprise, terus penempatan yang pas di adegan horornya. 

Itu salah satu tehnik membuat penampakan hantu yang saya telaah secara sinematis. Masih banyak cara lain. Seperti di film Kemasukan Setan, hantunya dibuat samar-samar. Jujur saja saya lebih suka konsep hantu begini, seperti yang sering kita lihat di acara-acara TV seputar dunia perhantuan.

Lalu bagaimana dengan tehnik membuat hantu di film Bangkit Dari Lumpur, dimana wajah Dewi Persik bisa patah-patah gitu? 

Trend patah-patah seperti ini mengingatkan saya akan film The Ring, dimana Sadako keluar dari sumur dan bergerak dengan cara yang tidak biasa. Gerakan ini sebenarnya menggunakan konsep animasi stop motion. Dengan gerakan itu suasana tegang terbangun, sehingga penonton ngeri membayangkan hantu tersebut.

Banyak tehnik pembuatan film horor yang cukup fenomenal. Seperti metamorfosis wajah Linda Blair di film The Exorcist tahun 1975. Mereka benar-benar memanfaatkan perubahan wajah (make up) untuk menjelaskan kepada penonton, proses perubahan si Linda dari biasa menjadi menyeramkan. Bahkan adegan yang fenomenal adalah saat kepala Linda bisa berputar ke belakang. Di zaman itu sangat gila, lho!

Kesimpulan, buat saya kesulitan di film horor itu adalah ritme. Movers itu susah mengatur ritme kemunculan hantunya. The Conjuring salah satu yang fenomenal terakhir. Jika saya bandingkan dengan Insidious 2, James Wan (orang Malaysia, nih) jago banget mengatur ritme sehingga kita yang nonton kaget bukan main. Jadi gampangnya kalau ingin membuat film horor zaman sekarang adalah...

Bagaimana cara kita bikin kaget penonton, yang sama sekali nggak terduga sama pikiran dia? Ini dia, nih.






Comments