Bingung juga lho, yang namanya Pantai Pasir Putih itu ada di beberapa tempat ternyata. Kalo yang ini adanya di jalan lintas antara Bandar Lampung ke Bakauheni. Posisinya nggak jauh dari PLTU Tarahan. Saya jadi ingat, dulu ke sini pas umur masih 5 tahunan, soalnya waktu itu masih belum sekolah. Dulu di daerah Panjang itu belum ada pelabuhan, jadi keren betul Lampung zaman itu. Bisa bawa mobil sambil melihat pemandangan laut.
Yang pertama kali musti dilakukan kalau berada di pantai ini adalah... Sewa tikar. Namanya juga piknik, berarti kurang keren kalo nggak duduk-duduk sambil memandang lautan. Kalo di Pantai Klara ada pondok, di sini leha-lehanya di atas tikar. Andai nggak bawa anak-anak, pasti di atas tikar lebih seru lagi, tuh. Ngapain hayo?
Pantai ini lebih landai dari Pantai Klara, jadi bisa leluasa bermainan pasir dengan anak-anak. Karena sekarang sudah musim hujan, air pun pasang. Saya dan anak-anak jadi kurang puas berekspresi dengan pasir.
Pilihan pun jatuh ke maen kano bareng anak-anak. Ya, maenan aja nggak usah seriusan. Soalnya Nia (yang pakai baju militer) dan Imi masih belum berani berendem di air. Jadinya mereka naik kano, saya yang dorong sambil jalan kaki di air. Maklum, pantainya landai jadi cukup panjang arena dorong-mendorong kano ini.
Para ibu yang malas berendam, lebih memilih cuci mata cowok-cowok ganteng di pantai. Saya bilang, kalo ada yang nyantol jangan lupa minta nomer hapenya. Plus cek, jempol kakinya segede apa?
Satu yang jadi catatan setelah jalan-jalan ke Pasir Putih ini adalah... Jangan lupa, buang sampah pada tempatnya.
Yang pertama kali musti dilakukan kalau berada di pantai ini adalah... Sewa tikar. Namanya juga piknik, berarti kurang keren kalo nggak duduk-duduk sambil memandang lautan. Kalo di Pantai Klara ada pondok, di sini leha-lehanya di atas tikar. Andai nggak bawa anak-anak, pasti di atas tikar lebih seru lagi, tuh. Ngapain hayo?
Pantai ini lebih landai dari Pantai Klara, jadi bisa leluasa bermainan pasir dengan anak-anak. Karena sekarang sudah musim hujan, air pun pasang. Saya dan anak-anak jadi kurang puas berekspresi dengan pasir.
Pilihan pun jatuh ke maen kano bareng anak-anak. Ya, maenan aja nggak usah seriusan. Soalnya Nia (yang pakai baju militer) dan Imi masih belum berani berendem di air. Jadinya mereka naik kano, saya yang dorong sambil jalan kaki di air. Maklum, pantainya landai jadi cukup panjang arena dorong-mendorong kano ini.
Para ibu yang malas berendam, lebih memilih cuci mata cowok-cowok ganteng di pantai. Saya bilang, kalo ada yang nyantol jangan lupa minta nomer hapenya. Plus cek, jempol kakinya segede apa?
Satu yang jadi catatan setelah jalan-jalan ke Pasir Putih ini adalah... Jangan lupa, buang sampah pada tempatnya.
Comments
Post a Comment