![]() |
Ini adalah catatan yang tidak biasa dari yang
sudah saya lakukan. Setelah film terakhir yang saya tonton, saya malah dapat kesempatan menonton film
Indonesia bukan di bioskop umum. Saya justru menonton di bioskop kecil yang ada
di kapal Feri, yang membawa saya dari Pelabuhan Bakauheni ke Pelabuhan Merak.
Yang menarik dari kesempatan ini adalah, menonton
film Indonesia bisa kita gunakan sambil menunggu waktu penyeberangan.
Penyeberangan Bakauheni menuju Merak yang menempuh waktu kurang-lebih 3 jam,
itu bisa digunakan untuk mengapresiasi film Indonesia.
Memang secara bisnis yang begini masih belum rapi,
ya secara filmnya juga bukan film baru. Terus juga disesuaikan karena selera
sopir itu beda dengan selera orang yang niat datang ke bioskop untuk nonton
film. Ada banyak hal yang musti dipertimbangkan, mengenai tontonan yang ada di
Kapal Feri ini. Soalnya ini menyangkut selera orang-orang yang terjebak di
dalam kapal dan tak punya pilihan lain selain menonton.
Agak serba salah memang, kalau dikasih tontonan
yang sudah lama, mereka akan komen... “Ah,
filmnya sudah pernah di TV”. Kalo dikasih yang agak baru, jelas-jelas itu
berarti menyuguhkan tontonan bajakan. Satu hal pelik bagi pengusaha bioskop
kelas kecil di tanah air (Home theater ngkale, ya).
Tapi saya punya pemikiran unik tentang film yang
semestinya disuguhkan di Kapal Feri ini. Kenapa harus menyuguhkan tontonan yang
ada di bioskop kebanyakan? Kenapa nggak memutar film yang berisi tentang kapal
feri, atau tentang laut, atau yang berhubungan dengan perjalanan saja.
Kalau musim liburan, bisa memutar film anak-anak
yang sudah tayang di bioskop, tapi belum masuk ke TV. Tentu dengan membeli
lisensi original dari yang punya film. Ini kan bisa menjadi sisi yang menarik
dari tontonan film Indonesia?
Iya juga, sih.
Comments
Post a Comment