![]() |
Secara judul saja
udah jelas, kalo film ini bercerita tentang cewek-cewek petualang. Tapi asli
gue ketipu waktu di awal film, soalnya bukan cuman 3 cewek, tapi ada 2 cowok yang ikutan berpetualang. Jadinya secara judul
mustinya diganti jadi... 3 Cewek dan 2 Cowok Petualang. Atau diganti jadi 5
Petualang? Hmmm... Tapi kok bisa ya, judulnya pakai 3 Cewek Petualang?
Terus gue punya pertanyaan
yang rada bikin gerah sampai sekarang. Gimana caranya bikin skenario, agar penonton yang dalam kondisi capek bisa
seger pas menontonnya? Soalnya begini, untuk pangsa penonton orang kerja, pasti
mereka sudah capek dengan beban kerjaan yang menumpuk. Jika mereka ingin datang
ke bioskop dalam rangka mencari hiburan, paling nggak mereka menemukan kepuasan
secara batin. Yang begini sebenarnya relatif, tapi memang perlu juga ramuan
khusus, paling nggak bisa jadi pola yang khas bagi proses pembuatan film
selanjutnya.
Terus lagi-lagi
masalah legenda atau mitos (atau apalah sebutannya). Sering kita membuat sebuah
cerita yang berdasarkan kisah-kisah lokal untuk kepentingan horor. Sampai film
ke-20 ini gue tonton, muncul pertanyaan... Bagaimana meyakinkan penonton bahwa
legenda atau mitos itu benar-benar ada?
Kayaknya kalo menurut gue sih, semakin moviemakers (movers) mampu meyakinkan
penonton, semakin dia berhasil membuat kisah yang dipercaya ada kebenarannya. Sama
saja kayak kisah tentang hantu (waktu kita kecil dulu) yang selalu muncul
sehabis maghrib. Padahal esensinya, agar kita tidak main di luar rumah selesai
maghrib, jadi muncullah cerita-cerita seperti itu.
Kalo yang gue
tangkep sih, ini cerita ada latar belakang memperkenalkan sebuah pulau di
daerah Belitung. Yang jadi masalah, gimana membuat sebuah konsep cerita, agar
sisi menarik dari pulau tersebut bisa terangkat? Kalo dari yang ditonton tadi,
menurut gue sih, jalan-jalan ke sebuah pulau di Belitung itu ada beberapa
keasyikan. Naik perahu, berburu, jalan-jalan di hutan, foto-foto. Yang menarik
untuk ditanyakan adalah, apa cuman segitu keasyikan jalan-jalan ke pulau
Belitung? Gue jadi mikir, di sinilah fungsi
riset antara Produser, Sutradara dan Penulis Skenario menjadi penting. Atau
paling nggak, kita bisa angkat cerita dari novel yang dibuat oleh putra daerah
Belitung sendiri. Kan novelis dari Belitung bukan cuman Andrea Hirata doang.
#MungkinLho
Performa pemain
sudah lumayan kalo menurut gue. Ada cowok yang lucu, cowok si pembela yang
lemah, sama 3 cewek seksi. Tapi menurut gue yang ngangkat justru si cowok lucu
itu. Cukup menghibur secara aktingnya yang rada-rada ndesow. Tapi mungkin
karena gue ndesow juga, jadi pas sama gaya-gaya model begitu. #Sotoy
Satu lagi kalo
menurut gue sih, ini menyangkut pesan yang akan ditampilin sama film ini. Menonton
dari awal sampai akhir, meskipun di tengah rada-rada ngantuk, gue jadi mikir...
Apa kelebihan film ini? Secara cerita kurang gigit, secara visual kurang
lumayan, lagi-lagi gue nggak mau rugi dong.
Jujur, kalo
disuruh menarik kesimpulan, menurut gue film ini pesannya adalah... Dilarang
keras pakai hotpans kalo lagi berpetualang!!!
Kenapa? Makanya
nonton, dong! :P
Comments
Post a Comment