![]() |
Hari ini agak kepagian menuju Bioskop Internasional Plaza, Palembang. Alasannya, takut gak sempat lagi
besok-besok. Tadi pagi habis begadang, gue langsung meluncur ke IP yang
jaraknya kurang-lebih 60 kilometer dari rumah.
Tepat jam 12.45 gue langsung nonton Adriana.
Udah penasaran dari kemaren-kemaren, apalagi di trailer ada beberapa tempat
yang gue kenal selama di Jakarta. Katakanlah tugu proklamasi (tempat gue dulu
kontrak rumah pas zaman kuliah), stasiun KRL, UI, terus Kebun Raya Bogor,
kayaknya emang ini kisah tentang anak muda urban.
Gue gak mau bahas tentang cerita film ini, yang
pasti unik aja. Misteri, tapi romance. Seperti petualangan cinta, kata Dolken begitu. Lupa gue dia memerankan
apa, kayaknya Dolken memerankan tokoh Andra. Gak percaya? Cek aja ke bioskop!
Ini bisa jadi catatan kalo kamu para moviemakers
(movers) ingin bikin film dengan latar belakang tempat bersejarah di suatu
kota. Ini salah satu contohnya, mungkin ada contoh laen lagi. Misal tentang
seorang anak yang mencari resep cuka pempek yang bisa mengingatkan dia akan
emaknya. Atau yang lain lagi.
Yang menarik dari segi penceritaan film model
begini, adalah tentang benang merah cerita (kalo kata gue). Benang merah di
kisah ini adalah petualangan cinta si Dolken untuk merebut hati Adriana. Sayangnya di film ini
petualangan Dolken kayaknya gak berhasil. Eh, berhasil apa enggak ya tadi? Tuh
kan, gue jadi lupa. Soalnya saingan Dolken berat, Cuy.
Gue kok jadi mikir, ya? Seberapa kenal kita dengan
kota kita sendiri? Kayak Palembang aja. Gue masih belum yakin lho, kalo gue itu
kenal sama kota pempek ini. Jangan-jangan ada banyak sudut yang belum gue jamah
selama ini.
Gimana dengan mereka yang tinggal di kota laen?
Misal di Surabaya ada Pantai Kenjeran, yang dulu gue suka sebut dengan salah
kata jadi Krenjengan. Atau di Yogya ada Stasiun Lempuyangan. Atau di Makassar
ada daerah yang namanya Panakkukan (bener gak nih tulisannya).
Setiap kota punya sejarah yang unik. Sejarah itu
adalah pengetahuan yang menarik untuk diteruskan ke mereka yang generasinya
berada di bawah kita. Jadi kesimpulan gue setelah menonton film ini adalah...
Gak harus bikin film sejarah untuk belajar tentang
sejarah.
Comments
Post a Comment