![]() |
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan syukur
kehadirat Allah SWT, karena dengan ini perjuangan Film Indonesia tetap
berlanjut. Tak ada kalimat lain yang bisa saya sebutkan, selain... Alhamdulillahi robbil ‘alamin.
Dan
ketika isu ini masuk ke meja
saya, saya langsung bilang yes.
Pertama, karena ini menyangkut perjuangan kami di Ikatan Alumni FFTV IKJ, lalu
perjuangan saya dengan 1001
Tiket Film Indonesia, pembahasan kami tentang komunitas
Film Indonesia, semangat kami di grup Bioskop Indonesia,
dsb. Intinya, perjuangan kami di Indonesia yang memperjuangkan film negeri
sendiri.
Yang paling menarik dari isu ini adalah, sebuah
pertanyaan tentang tata edar perfilman Indonesia. Akan bagaimanakah nantinya? Seperti
pembahasan saya di grup Bioskop Indonesia, bahwa kita punya yang namanya GPBSI (Gabungan Perusahaan Bioskop
Seluruh Indonesia). Dan lucunya, tidak semua pengusaha bioskop mendaftarkan
diri ke sana.
Jika nanti grup Lippo akan masuk ke kancah
perfilman nasional, saya minta agar didaftarkan ke GPBSI. Saya ingin semua
berada di bawah bendera GPBSI karena apa? Karena kalo pengusaha bioskop tidak
bersatu, bagaimana kita akan bicara kebijakan? Bagaimana kita akan membuktikan
kepada negara, bahwa kontribusi perfilman nasional itu besar terhadap devisa? Semuanya
harus bersatu, sebab yang namanya perfilman itu penting. Bukan saja bicara
image Indonesia di mata dunia, tapi bisa menciptakan industri yang padat karya.
Jadi ingat zaman-zaman lomba Cerdas Cermat P4 di
Muara Enim dulu, saya ingat salah satu pertanyaan tentang... Bagaimana cara
kita mendapatkan pendapatan nasional? Ada 2 waktu itu (seingat saya). Pertama,
dengan devisa negara. Kedua, dengan utang luar negeri. Entah sekarang seperti
apa pembahasan GBHN tersebut. Yang pasti, saya tidak ingin ada lagi yang kedua
di negara ini. Sudah bukan zamannya lagi kita menambah beban anak-cucu dengan
utang luar negeri. Sudah bukan zamannya lagi kita mengemis dengan pihak asing.
Sudah saatnya kita bangga dengan Indonesia, lalu membuktikan kepada dunia bahwa
kita mampu.
Seperti isu yang pernah saya bahas di akun twitter ini, kita gak perlu
lagi membahas masalah di masa lalu Indonesia. Sekarang yang dipikirkan adalah,
bagaimana cara kita menyambut Indonesia di tahun 2045? 100 tahun Indonesia ini
musti diciptakan. Dan salah satu yang punya peranan besar adalah... Perfilman
Indonesia.
Bersama Kita Bisa Majukan Film Indonesia!!!
SALAM SINEMA!!!
setuju, gw liat trailernya pas sebelum ntn film hollywood apa gitu. Weleh kok kayak gini masuk bioskop, apalagi trailernya sebelumnya film kartun barat free birds. Jadinya ngejomplang banget bedanya, meskipun free birds juga ngga bagus2 amat untuk ukuran kartun barat.
ReplyDeletebukan ngejelekkan karya anak bangsa ya. Cuman kalo gw disuruh bayar 35rb untuk ntn ginian ya jelas ogah gw :)
1 hal yg gw salut sama petualangan si adi. Produsernya super pede masukin filmnya di XXI lol