Behind A Disaster


Rumah tangga Armand ( 30 tahun ) dan Wanti ( 27 tahun ) akan memasuki tahun ke 4 pada bulan juni nanti, tetapi Armand belum ingin mempunyai anak. Karena Armand belum siap untuk menjadi seorang ayah sekaligus suami. Armand pun tidak punya persiapan uang yang cukup untuk menghandle segala kebutuhan bila nanti isterinya hamil lalu melahirkan. 

Sosok Armand bekerja sebagai seniman tatto pada sebuah studio tatto di Jakarta milik temannya. Pernyataan Armand sangat berbeda dengan pernyataan Wanti isterinya. Wanti ingin sekali cepat mempunyai momongan. Wanti ingin sekali seperti teman teman wanita seusianya yang sudah mempunyai anak. Menjadi seorang ibu yang merawat dan mendidik anak anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tetapi karena situasi dan kondisinya belum mendukung, Wanti pun akhirnya menunda kehamilannya dengan cara menggunakan alat kontrasepsi. Selama ini alat kontrasepsi yang digunakan Wanti untuk menunda kehamilannya adalah dengan cara meminum pil KB . Berdasarkan anjuran dokter pil KB itu harus diminum setiap hari dan harus teratur. Namun ketidak pahaman dan kelalaian Wanti tentang aturan meminum pil KB tersebut akhirnya membuat Wanti hamil. 

Kehamilan itu terjadi diluar rencana mereka. Dan Armand harus berbesar hati untuk menerima kenyataan yang ada. Namun ternyata kehamilan itu tidak berlangsung lama. Memasuki usia 4 bulan masa kehamilan Wanti, hasil USG mendeteksi adanya anensefali ( tanpa tempurung kepala ). Di kepala si bayi tidak terdapat sumsum tulang belakang, bayi pun akan mengalami cacat pada otaknya. Itu terjadi karena kurangnya asupan makanan dan minuman yang mengandung asam folat. Wanti dan Armand mempunyai hak untuk memutuskan apakah janinnya dipertahankan sampai 9 bulan ? atau dideterminasi ( dikeluarkan ). Bila janin tetap dipertahankan hingga lahir, bayi hanya bisa bertahan dalam waktu 24 - 48 jam. Karena pada otak bayi yang tidak terlindungi tempurung kepala mudah terpapar radiasi atau lainnya.

Comments