![]() |
Hari ini gue kedatangan tamu istimewa, namanya Arvin Miracelova. Seperti
biasa, gue harus menempuh jarak 60 km hanya untuk menemuinya di Hotel Azza, Palembang. Awal obrolan adalah, menyambung cerita-cerita kami
sebelumnya tentang impian. Sampai pada satu titik kami membahas tentang...
Bagaimana menciptakan penonton masa depan?
Sebelumnya gue musti kenalin dulu si Arvin ini. Yang
gue tau pertama kali adalah, si Arvin ini orang gila yang berhasil bikin film
panjang sebanyak 10 buah selama setahun. Sinting! Produktif banget, ya?
GUE :
Lo makan jamu apa kok bisa greng kayak gitu?
Arvin berbisik ke telinga gue, sampe gue
merem-melek dengerinnya.
GUE :
Oh, caranya begitu. Oke, oke.
Tapi sampe sekarang gue lupa, emang caranya tadi
gimana, ya? Hehe...
Kuncinya adalah tentang Film Berbasis Komunitas.
Arvin berhasil membuktikan bahwa komunitas-komunitas di Indonesia itu nggak
kalah dalam hal pembuatan film. Mereka serius, lho. Artinya mereka melakukan
itu dengan sepenuh hati, sebagai pembuktian bahwa mereka mampu.
Lalu apa hubungannya dengan menciptakan penonton masa
depan? Jawabannya adalah logika, bahwa pada
prinsipnya orang-orang itu senang menonton karyanya sendiri. Potensi pasar penonton
yang besar di Indonesia ini sangat memungkinkan bagi kita untuk meraup
keuntungan dari bidang perfilman. Cuma sayang, kenapa potensi ini tidak
tergarap dengan maksimal?
Kata gue, upaya model begini sudah sering dibahas,
sebenarnya. Tapi lagi-lagi banyak menemui kendala, apalagi terkait dengan kebijakan
politik, karakter orang-orang kita, dsb. Hanya orang-orang sableng saja yang
mampu melakukan sesuatu dari hal-hal yang kecil, tapi berimbas ke hal-hal yang
besar. Seperti Arvin, yang berhasil membuktikan bahwa... Untuk menciptakan
penonton, kuncinya adalah di komunitas. Sampai detik ini Arvin masih bergerak
ke kota-kota di Indonesia untuk membuktikan impiannya tersebut.
Kami sepaham karena kebetulan gue lagi konsen dengan
1001 Tiket Film Indonesia. Intinya, kami sama-sama punya kegelisahan yang sama
tentang perfilman di negeri ini. Gue memulai dari tiket, Arvin memulai dari
komunitas.
Akankah kegelisahan kami ini menemukan jalan
keluar? Kita saksikan di episode selanjutnya.
#UnyilKucing
Comments
Post a Comment