![]() |
http://www.e-motion.co.id/images/Banner_Romantini.jpg |
Romantini adalah film tentang sebuah keluarga dalam mengatasi kesulitan hidup. Jika ingin membaca sinopsisnya, bisa bacadi link ini. Yang mau saya bahas kali ini adalah tentang catatan saya usai menonton film tersebut. Sifatnya spontan saja, seperti sebuah kesan dari seorang penonton yang hobi bikin catatan habis nonton film.
1. Potret
Kehidupan
Kisah yang ada di Romantini seperti sudah sering
kita tonton. Kalau kita melihat trailernya, kita bisa membayangkan bahwa film
ini ada sangkut-pautnya dengan kontes bakat bagi calon penyanyi-penyanyi muda
Indonesia. Yang menarik untuk dicermati adalah, apa bedanya Romantini dengan
film-film lain yang temanya sejenis?
Yang meleset dari bayangan saya sebelumnya adalah,
ternyata film ini bukan bercerita tentang Aurel. Justru film ini fokus kepada
tokoh Tini, yang diperankan oleh Ashanti. Mau tahu, bagaimana perannya di film
tersebut? Tonton, dong! Nggak seru kalo diceritain. Hehe...
2. Gambar
Setelah menonton film, langsung saya tag sahabat
saya zaman kuliah, RollieMarkiano untuk memberi komentar. Kebetulan dia di sini menjadi Director of
Photography. Seperti biasa, dia minta kritik dari saya. Saya bilang, saya hanya
bikin catatan bukan mengkritik. Dan menurut hemat saya yang lembut dan
penyayang ini, Romantini memiliki perbedaan dari segi gambar saat di eksterior
dan interior. Saya sih lebih suka pas bagian eksterior. Bagaimana dengan Anda?
Bahkan Rollie bertanya lagi... Menurut lo, Wur?
Gambar di film ini menyatu dengan cerita nggak? Saya bilang, modalin dulu deh
biar saya nonton lagi. Wkwkwkwk...
3. Musik
Karena di film ini banyak lagunya, maka saya sebut
film ini sebagai film musik (kan gaya penilaiannya dari kacamata penonton,
wkwkwk). Ada satu hal yang sangat beda saya rasakan saat menikmati film ini.
Yaitu ilustrasi musiknya yang lucu, namun terkesan ironi dengan pengadeganan. Coba
deh kalo nggak percaya!
4. Ending
Tiba-tiba saya ingat salah satu trik waktu menonton
film ini. Ceritanya ending film ini lumayan dramatik. Bagaimana membuatnya?
Salah satu eksperimen yang pernah saya lakukan dulu adalah... Membuat skenario
dari ending dulu. Jadi setelah plot selesai, mulai dulu menulis skenario dari
ending dulu. Buat dramatiknya sebagus mungkin, sedramatis mungkin, pokoknya buat
yang nonton nggak bakalan rugi. Baru setelah itu skenario dibuat dari awal
sampai akhir.
Waktu itu sih saya berhasil bikin. Dramatik bagus,
keren, pokoknya luar biasa. Pokoknya Produser habis baca udah kebayang
penontonnya bakal berjejer di loket antrian bioskop. Hebat banget deh pokoknya.
Dari mulai anak kecil, orangtua, kakek-nenek, semua pada nonton. Baru ngomongin
ending aja udah keren banget deh pokoknya. Gimana kalo udah jadi skenario?
Pikir saya.
Comments
Post a Comment