Teknologi dalam dunia
komunikasi di Indonesia sudah mulai menampakkan diri sejak satelit palapa
diluncurkan pertama 8 Juli 1976 oleh roket Amerika Serikat walaupun kita masih
mendompleng kendaraannya. Dengan keberadaan satelit ini maka komunikasi menjadi
mengglobal hingga kita bisa berkomunikasi antar negara. Dari perspektif dunia
televisi satelit ini sangat penting untuk mentransfer data dari tempat satu ke
tempat lainnya dalam jagat raya ini. Segala macam peristiwa yang ada dalam belahan
dunia dapat kita lihat dalam waktu yang sama dengan jedah beberapa detik saja.
Televisi Republik Indonesia telah melakukan hal itu untuk masyarakat Indonesia
pada waktu itu ketika masih jagonya televisi, harap maklum karena televisi pada
era 70-an masih langkah dan barangnya mahal hanya orang-orang tertentu
memilikinya. Dan keluarga paspas dlam hidupnya klau mau menonton di halaman
kelurahan atau halaman tetangga dengan kerelaan hati televisinya ditumpangi
untuk menonton bagi orng lain, hal ini seperti nasip penulis. ketika
masih kecil di kampung halaman yaitu nonton rame-rame di halaman tetangga
sambil makan kerupuk dan kacang. Sejak kemunculan Televisi swasta di Indonesia
sekitar tahun 90-an diawali oleh RCTI dengan menggunakan decoder pra bayar untuk
kalangan terbatas itu, dan setelah menancapkan pemancar dibeberapa tempat,
barulah tahun 1992 secara resmi RCTI mengudara tingkat nasional dengan gratis
dan setahun kemudian SCTV menyusulnya. Dengan kemunculannya kedua stasiun
televisi itu, maka dunia komunikasi yang mengandalkan kekuatan karakter audio
visualnya itu mulai marak di Indonesia. Masyarakat yang terbiasa melihat acara
TVRI dengan antena penerima VHF, maka rame-rame mengganti antenanya atau
menambahkan antena baru versi UHF guna mendapatkan siaran televisi RCTI dan
SCTV dengan sistem penyiarannya memang kala itu memakai sistem
penyiaran versi UHF. Dari program siaran kedua stasiun televisi tersebut
dimana dalam melangsungkan penyiarannya itu telah memiliki strategi dalam
perencanaan programnya, melalui gebrakan acara-acaranya lebih menarik, hingga
massa TVRI tersedot oleh kedua stasiun baru tersebut. Dari kesuksesan inilah
akhirnya para pemilik modal memutar strateginya untuk meniru cara bisnis baru
yang dilakukan oleh RCTI dan SCTV hingga beberapa tahun kemudian Indonesia
kebanjiran dengan kelahiran televisi- televisi baru seperti yang anda saksikan
sekarang ini dengan jumlah banyak sekali baik tingkat lokal maupun tingkat
nasional.
Dalam membicarakan
karya audio visual entah itu dalam bentuk film, program acara televisi misalnya
program acara berita semacam Liputan Enam keluaran SCTV, program acara non
fiksi seperti Indonesia Idol persembahan dari RCTI, program acara fiksi dengan
acara unggulannya sinetron Markonah Kehilangan Cinta produksi dari BONEX TV
bahkan acara-acara semacam video clip sampai iklan televisi dengan durasi
pendek itu, semuanya perlu sarana untuk memproduksi karya-karya yang telah
dijelaskan di atas. Dalam menyiapkan sebuah produksi karya audio visual selalu
mengikuti aturan-aturan baku yang sudah disepakati dari kalangan komunitas film
atau televisi, yaitu harus melalui 3 tahapan produksi diantaranya adalah Tahap
Pra Produksi berupa persiapan-persiapan yang harus dilaksanakan berkaitan
dengan produksi tersebut baik berupa film atau program televisi . Tahap kedua
adalah Tahap Produksi atau tahap melakukan pelaksanaan shooting atau
pengambilan gambar di lapangan, dengan acuan dari rancangan yang telah
disiapkan sebelumnya. Tahap ketiga adalah Tahap Pasca Produksi dimana
pada tahap ini merupakan proses penyuntingan atau pengeditan gambar-gambar
hasil shooting dilapangan untuk kemudian dilakukan pengeditan gambar video secara berkesinambungan anatara frame satu dengan frame lainnya
hingga menimbulkan suatu alur cerita berdasarkan rancangan skenario. Berkaitan dengan topik
pembicaraan diatas menyangkut tentang kamera, maka tahap persiapan atau dunia
film menyebutnya Tahap Pra Produksi merupakan bagian awal dari perencanaan produksi. Banyak persiapan-persiapan yang
dilakukan dalam tahap awal ini, misalnya menyiapkan cerita sekaligus
skenarionya, menyiapkan peralatan pendukung seperti kamera, lighting, property
dan masih banyak lagi. Supaya pembicaraan terfokus pada satu topik
seperti judul di atas, maka pada ulasan kali ini akan dibicarakan tentang
kamera video dari pengertian, sistem sampai pada jenis-jenisnya. Disamping itu
kita akan melacak bagaimana sistem video dics itu beredar di Indonesia pada
masa munculnya modernisasi yang membawa perangkat teknologi itu hingga sampai
sekarang ini. Penjelasan selengkapnya dapat di uraikan sebagai berikut. Sebelum mengetahui
secara jelas tentang kamera video, terlebih dahulu dipahami apa itu video?
A. Pengertian Video
Video dapat diartikan
suatu gabungan dari beberapa gambar mati dengan jumlah ratusan mungkin
ribuan atau bahkan jutaan jumlahnya yang dibaca secara teratur dan berurutan
dalam satuan waktu dengan kecepatan tertentu. Gabungan dari deretan
gambar-gambar dengan jumlah banyak tersebut disebut Frame, sedangkan
kecepatan untuk membaca dalam deretan gambar-gambar yang berada dalam
video/film disebutFrame Rate dengan satuannya disebut
fps (frame per second).
Karena rangkaian
deretan gambar-gambar itu diputar dengan kecepatan tinggi, maka timbulah suatu
ilusi gerak yang halus hingga gambar mati tersebut berkesan hidup seperti
nyata, makin besar nilai frame rate suatu video atau film, maka semakin halus
pergerakan gambar yang ditampilkan.
B. Pengertian Kamera
Video
Kamera adalah sebuah
peralatan elektronis dapat merekam suatu gambar. Jadi kalau dikaitkan dengan
pengertian video, maka akan menjadi pengertian baru yaitu sebuah peralatan
elektronis dapat merekam gambar dalam jumlah tertentu hingga nantinya terdapat
ilusi gerak dari gambar yang direkamnya. Pengertian ini menegaskan bahwa kamera
video dapat merekam dengan kecepatan waktu tertentu pada obyek entah benda,
binatang atau orang hingga hasil rekaman tersebut menimbulkan deretan
gambar-gambar saling berkesinambungan. Apabila hasil rekaman tersebut diputar
ulang maka akan timbul suatu ilusi gerak yang mencerminkan kesan hidup dalam
suatu realita imajinatif dengan hasil sama betul terhadap obyek yang
direkamnya.
Di dalam sistem kamera
video, tentunya ada bahan untuk menyimpan hasil rekaman itu. Bahan untuk
menyimpannya adalah berupa kaset, tentunya kaset berformat video bukan kaset
audio tape. Teori sistem kamera video ini akan bekerja ketika rekaman dimulai
dan pada saat yang bersamaan kaset akan berputar dalam kecepatan tertentu guna
menyimpan hasil rekaman yang telah dilakukan. Bentuk kaset yang dipakaipun
bermacam-macam berdasarkan jenis kameranya. Pada perkembangan teknologi
berikutnya penyimpanan tidak hanya dalam bentuk kaset saja akan tetapi juga
bisa ke bentuk lain misalkan discs (DVD) dan Card yang bermacam-macam versinya.
Untuk yang terakhir itulah nanti memasuki era teknologi digital sehingga
teknologi analog lama-lama akan ditinggalkan dan akan menjadi bagian suatu
sejarah teknologi audio visual.
Di dalam sistem kamera
video, segala macam peristiwa yang telah direkam melalui kamera dalam
waktu tertentu itu, dapat dilihat lagi hasilnya dengan memutar ulang kembali
dari awal rekaman, kemudian baru dilihat hasilnya melalui video player dengan
kamera yang sama atau dengan video player tersendiri. Maka dari itu kamera yang
beredar di masyarakat sudah dilengkapi sekaligus playernya, sehingga bisa
langsung melihat hasil rekamannya tersebut tanpa harus menyiapkan video player
tersendiri, meskipun hal itu juga tidak ada salahnya mungkin ada alasan
tersendiri mengapa hal itu dilakukan.
C. Jenis Kamera Video
Berbagai macam jenis
kamera video yang beredar di tengah masyarakat. Keragaman jenis kamera tersebut
disebabkan karena perkembangan teknologi yang terus bergulir hingga berdampak
pada proses pembuatannya. Berikut ini akan diuraikan macam-macam jenis kamera
video dari mulai pertama video dimunculkan hingga detik ini dengan membawa
kecanggihan teknologi terbarunya. Berikut ini adalah uraiannya
1. Kamera Video 8
Kamera jenis ini merupakan
kamera pertama diluncurka ke pasaran guna untuk keperluan keluarga. Bentuk yang
di keluarkan itu lebih dikenal dengan istilah Handycam. Kamera jenis ini
tergolong Analog, nama lain dari kamera jenis ini juga bisa disebut
dengan video 8, kata ini diambil dari ukuran lebar pita kaset sebagai
bahan untuk merekam gambar yaitu berukuran 8mm. konsumsi kamera jenis ini
hanya untuk kebutuhan rumahan artinya sasaran pengguna sebatas lingkungan
keluarga guna keperluan khusus misalnya wisata, ulang tahun, khitanan atau
pernikahan. Bentuknya memang kecil, ramping, ringan dan pas ditangan. Kualitas
gambar yang dihasilkan kamera ini sangat terbatas untuk pembuatan video
berformat VCD yang mempunyai frame size 320 pixel X 240 pixel. Gambar ukuran
frame ini hanya bagus di tonton di televisi 14″ kalau ditonton telivisi 29″ ke
atas gambarnya tidak begitu bagus. Beberapa versi melengkapi sistem audionya
dari mono menjadi stereo dan juga dilengkapi dengan layar LCD guna kemudahan
dalam mengendalikan perekaman obyek maupun saat ingin memutar ulang hasil
rekaman. Sebuah perusahaan elektronik yang paling banyak megeluarkan
berbagai macam type adalah merek Sony, meskipun merek lain mencoba memproduksinya diantaranya Panasonic, JVC, Samsung, Philips dan Sanyo.
* Video Camera pertama
beredar ke pasar dengan sasaran kebutuhan pribadi atau keperluan rumahan dengan
teknolgi terbatas, walaupun dengan keterbatasannya itu ternyata penjualannya
laku keras, sehingga produsen memperbaruinya dengan menambah vitur audio
menjadi stereo serta layar LCD guna mengendalikan waktu perekaman obyek dan
pemutaran hasil rekaman *
2. Kamera Video 8Hi
Pada era tahun 80an
video rumahan sudah mulai marak kebutuhan, Banyak para keluarga yang sudah
cukup penghidupannya melengkapinya dengan kamera ini sebagai sarana hiburan
keluarga. Melihat perkembangan masyarakat yang begitu antusias terhadap hiburan
hasil karya sendiri dan bisa ditonton lewat layar televisi itu, maka Perusahaan
yang berbendera matahari terbit itu lewat brannya Sony Corporation
mengembangkan dari video 8 menjadi Hi8 dengan mempertajam kualitas gambar serta
perlengkapan asesoris kamera seperti menambahan lensa zoom yang bisa
mendekatkan dan menjauhkan obyek, lensa Wide bisa melebarkan ruangan hingga
lensa filter yang bisa memberikan efek menarik. Dengan diperbaruhinya
vitur-vitur tersebut membuat orang yang hobbynya shooting itu semakin kreatif
daya prduksinya. Terlebih lagi sejak adanya komputer grafis bidang video
editing beredar dipasaran, walau masih berformat analog itu namun masyarakat
cukup menyukainya.
* Kamera Video 8Hi
merupakan pengembangan dari versi sebelumnya dengan menambahkan beberapa
komponennya sepert pada perlengkapan asesoris yang menyertainya membuat
pengguna semakin giat mengukir imajinasinya ke dalam karya melalui implementasi
shooting dilapangan *
3. Kamera Video Digital
8
Seiring dengan
berkembangnya teknologi digital telah masuk dalam relung kehidupan dimana
sistem komputer sudah menjadi kebutuhan hidup manusia, baik keperluan pribadi
maupun organisasi termasuku lingkungan perusahaan, maka Group Sony Corporation
mengeluarkan type Digital 8 dengan memperbaiki kualitas gambar berukuran lebih
besar dari pendahulunya serta dilengkapi dengan i-links yaitu koneksi
digital ke komputer melalui fire wire. Koneksi digital ini mempunyai
kemampuan daya transferdata dengan kecepatan tinggi per detiknya jauh
lebih sempurnah daripada sistem analog yang masih menggunakan sistem koniksi
komposit yaitu yang terkenal dengan koneksi kabel model 3 bagian kuning untuk
gambaratau video dan merah – putih untuk suara atau audio stereo sedangkan mono
hanya 2 kabel kuning untuk gambar atau video dan putih untuk suara atau audio.
* Kamera Video Digital
8 merupakan generasi handycam yang menggunakan sistem keneksi digital, dimana
keberadaannya sangat membantu mempermudah dalam proses pengeditan
video dengan menggunakan sistem berbasis komputer, karena daya pentransferan
data lebih cepat daripada versi sebelumnya *
4. Kamera Video VHS
Kamera jenis ini
termasuk kamera profesional berformat analog, di era 90 an kamera ini menjadi
andalan para Jurnalis Televisi. Walaupu kamera Handycam sudah eksis di pasaran,
namun sasaran dari kamera profesional dengan format VHS ini adalah kalangan
perusahaan, khususnya stasiun televisi. Perlu diketahui bahwa era tahun 90-an
adalah munculnya televisi swasta Indonesia dimana sebelumnya merupakan monopuli
dari pemerintah melalui TVRI. Kemunculan RCTI sebagai salah satu pelopor berdirinya
televisi swasta Indonesia dengan beberapa program acaranya termasuk peliputan
berita, para crew jurnalisnya menggunakan kamera jenis ini. Kamera ini tidak
seperti Handycam yang kecil bentuknya, akan tetapi ukurannya besar, kokoh dan
beberapa versi lensa dapat dipisah dari body, artinya lensa dapat diganti
sesuai dengan kebutuhan. Bahan kaset sebagai perekam gambar berformat VHS
ukuran lebih besar dari kaset Video 8. Kamera jenis ini dipakai standart
penyiaran, hasil perekaman kamera ini bisa diputar melalui Video player VHS
yang pada waktu itu dipakai standard pemutar video oleh stasiun televisi,
meskipun ada beberapa Video Player yang mendukung khusus kamera Betacam yang
menjadi standard video broadcast sebelumnya. Beberapa versi melengkapinya
dengan vormat S-VHS. Kualitas gambar lebih baik dari kamera handycam yang belum
versi digital. Di dalam studio televisi juga disediakan pemutar atau player dan
recorder khusus untuk pengeditan hasil rekaman gambar yang akan ditayangkan
nanti atau dalam proses pemutaran siaran. Palyer ini hanya untuk keperluan
penyiarn atau studio semacam Production House dan harganya sangat
mahal jadi jarang untuk orang umum atau runahan yang memakainya.
* Kamera video VHS adalah kamera video profesional dengan format analog, dimana keberadaannya sebagai andalan para jurnalis televisi swasta Indonesia pada era tahun 90-an, seperti stasiun televisi dengan program beritanya seputar Indonesia dan setahun kemudian diikuti dengan berdirinya stasiun televisi dengan nama SCTV hingga munculnya televisi-televisi swasta lainnya *
5. Video Player dan
Recorder Betamax
Kahadiran video player
Betamax di Indonesia ketika terjadi perpindahan teknologi televisi dari awalnya
televisi hitam putih yang dikendalikan penyiarannya oleh TVRI menjadi televisi
berwarna. Sejak berdirinya TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962 dengan program
acara pertamanya penayangan upacara peringatan 17 Agustus 1962 HUT ke 17 di
Istana Negara dan meliput siaran Asean Games yangdiadakan di kota Jakarta
dimana gambar-gambar yang ditampilkan di layar kaca adalah hitam putih. Sejak
dikeluarkannya televisi berwarna dipasaran maka sistem penyiaran televisi ikut
mengalami perubahan peralatannya juga dari hitam putih ke berwarna. Perubahan
televisi berwarna ini merupakan hal yang fenomenal, dimana masyarakat
menyambutnya dengan gembira. Namun kemunculan televisi berwarna tersebut hanya
mampu dibeli khusus masyarakat yang perekonomiannya ke atas, masyarakat menegah
ke bawah masih mengandalkan hitam putih, dikarenakan harganya cukup mahal,
hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya. Seiring berputarnya waktu dan
membaiknya perekonomian televisi berwarna sudah mulai banyak dimilki oleh
masyarakat dan ini terjadi di era tahun 80-an, maka video player rumahan
diluncurkan dengan sasaran utama adalah masyarakat menengah ke atas. Kehadiran
Video player berformatkan betamax itu merupakan sarana hiburan tersendiri jika
TVRI tidak mengudara, karena jam siarannya dibatasi pada jam-jam tertentu.
Kehadiran video player ini dimanfaatkan oleh perusahaan media bernama CASA
Video Vision, untuk merekam dan merilis film-film yang beredar di era tahun
80-an baik film luar maupun film Indonesia yang pada waktu itu lagi
jaya-jayanya melakukan produksi dan pemutaran di gedung bioskop diseluruh
Indonesia. dampak dari hal itu maka munculah rental-rental video yang melayani
peminjaman atau persewaan video di berbagai kota. keberadaan video player
Betamax ini sangat membantu dalam hiburan karena ketika TVRI tidak ada siaran
orang memutar film melalui video yang dikoneksikan ke layar televisi. Kegiatan
ini dilakukan sampai larut malam ketika hari sabtu oleh sebagian masyarakat
karena besuknya hari minggu waktu libur sekolah dan kerja. Seiring berjalannya
waktu Beberapa versi berikutnya sudah dilengkapi dengan sistem suara stereo
yang didahului oleh teknologi televisi bersuarakan Hifi Stereo. perjalanan
berikutnya adalah kamera video berformat Beta diluncurkan guna untuk keperluan
keluarga misalnya ulang tahun, wisata atau keperluan kantor. Lagi-lagi
sasarannya hanyalah orang-orang kaya yang bisa membelinya. Beberapa tahun
kemudian Video player-recorder Betamax diluncurkan di pasaran untuk mengimbangi
dari penjualan kamera video format Betamovie. Keberadaan video ini sangat
membantu dalam pengeditan video dengan sistem linier yang lagi eksis di
masyarakat melalui studio shooting dengan melayani penyutingan acara-acara
keperluan keluarga, organisasi ataupu kantor pemerintahan. Begitulah perjalanan
video player Betamax dalam mengabadikan setiap kegitan di masyarakat di era
tahun 80-an. Sebuah perusahaan yang memasuk peralatan ini dan menguasai
peredarannya di Indonesia adalah Sony Corporation melalui brandnya SONY.
* Pergantian sistem televisi menjadi berwarna
merupakan hal yang luarbiasa hingga berdampak pada keluarnya sistem video
player Betamax dan disusul dengan penyempurnaan sistem record hingga
dikeluarkannya kamera video berformat Beta sebagai sarana perekaman acara
keluarga yang hasilnya nanti dapat dilihat sendiri melalui video player dengan
mengkoneksikan ke layar televisi *
6. Kamera Video Betacam
Kamera Betacam adalah
keluaran dari perusahaan elektronik Sony Corporation, yang dikeluarkan pada
tahun sekitar 1980 dengan seri Betacam SP. Kamera jenis ini diproduksi bukan
utnuk keputuhan keluarga atauorganisasi melainkan untuk kepentingan industri
media khususnya dunia televisi atau penyiaran televisi. Kamera ini bentuknya
besar dan berat apalagi harganya bisa ratusan juta rupiah. Istimewanya kamera
format Betacam adalah dipakai standard penyiaran televisi pada era tahun 80an,
termasuk stasiun televisi yaitu TVRI. Seluruh acara penyiaran televisi
perekamannya dengan menggunakan kamera jenis ini. Mengapa kamera ini dipakai
sebagai standarisasi penyiaran televisi, hal itu resolusi yang dihasilkan
adalah 600 garis horizontal televisi dengan Bit Rate 25 Mbps. penegasan ini
menerangkan bahwa resolusi yang dihasilkan sudah melebuhi batas dari garis
televisi. Perlu diketahui bahwa gambar yang keluar dari layar televisi dalam
keadaan normal adalah 625 garis horizontal televisi untuk penyiaran bersistem
PAL dan 525 garis horizontal televisi untuk penyiaran bersistem NTSC. Karena
Televisi Indonesia memakai sistem penyiarannya adalah PAL, maka Kamera video
Betacam cocok untuk rekaman gambar siaran, walaupun kurang sedikit namun
mendekati kesempurnaan. Segala macam bentuk siaran harus berformatkan kaset
Betacam baik untuk persiapan siaran maupun untuk arsip atau penyimpanan video.
Pada kurun waktu 1993 – 1996 ketika masuknya format digital di Indonesia,
Betacampun menyiapkan Betacam SX dengan mempertajam resolusi garis horizontal
televisi menjadi 800-900 garis harizontal televisi, sehingga hasilnya
sudahmelampauhi dari garis televisi yang distandarkan dan dikembangkan lagi
dengan seri-seri seperti DNW 90 WSP dan DNW 9 WSP dengan kualitas
resolusi lebih tinggi.
* Kamera Betacam
merupakan kamera yang dijadikan standarisasi penyiaran televisi di Indonesia
mulai tahun 80-an walaupun masih dalam format analog, namun kualitas yang
dihasilkan mendekati dari garis horizontal televisi hingga versi berikutnya
dilengkapi dengan sistem digital. Dari situlah format Betacam menjadi andalan
dalam penyiapan siaran maupun dalam menyimpanan video *
7. Video Laser Disc
Player
Memasuki era tahun
90-an Indonesia dalam bidang audio visual sudah memasuki teknologi digital.
diawali dengan masuknya teknolgi audio CD dimana keberadaannya telah menggeser
teknologi audio sebelumnya yaitu kaset. Audio berformat kaset pada era tahun
80-an sudah menjamur di tanah air, berbagai macam produksi rekaman seperti
musika studio, JK record, akurama record, Logis Record, Remaco sampai milik
Rhoma irama Yukawi juga ikut menyemarakkan teknologi audio analog itu. Walaupun
menggunakan teknologi analog, namun masyarakat Indonesia terlanjur menyukainya
dengan isian lagu-lagu kesukaannya seperti dangdutnya Rhoma Irama dari Yukawi
Record, Lagu Rock seperti Godbles, Power Metal, Andromeda, Grass Rock, Elpamas
keluaran Logis Record, lagu POP seperti Iis Sugianto, Nia Daniati, Cristin
Panjahitan, Panbers serta yang lainnya. Disamping itu produk pemutar kaset juga
banyak beredar seperti tape recorder atau compo dari mono sampai ke stereo
dengan berbagai macam model dan ukuran dipasarkan. Ketika musik dunia masuk ke
Indonesia khususnya Breakdance, maka rame-rame anak-anak muda waktu itu dengan
membawa tape atau componya berjoget dan berdansa dipinggir jalanan, sehingga
ramai. Keramaian itu ketika memasuki hari sabtu, membuat jalanan macet dan
Polisipun menertipkannya. Demikian juga dengan produk kecil yang bisa di bawah
kemana-mana semacam Walkman laku keras di pasaran khususnya anak muda Indonesia
pada masa itu yang kemasukan dari gaung modernisasi. Begitu teknologi digital
masuk di pasaran, maka semua yang bersifat analog dalam dunia elektronik,
lama-kelamaan di tingaalkan hingga akhirnya menghilang dari pasar menjadi
barang loakan. Masa era tahun 90-an adalah era perkembangan yang luar biasa di
Indonesia dalam bidang audio visual. Hampir satu dekade dunia audio visual di
Indonesia berturut-turut mengalami perkembangan yang draktis, hampir tiap tahun
selalu saja ada pembaruan dari mulai televisi, hifi, kamera sampai ke video
disc. Setelah teknologi audio memasuki era digital dengan produk keluarannya
Audio CD semacam CD Player yang digabung dalam kemasan mini compo atau hifi
juga keluar discman pengganti dari wlkman, maka produk audio visualnyapun ikut
berbenah diantaranya munculah dipasaran bernama Laser Disc. Kemunculan Video
digital ini sekitar tahun 1993, walaupun produk itu sendiri di luaran yang
dibeli lisensinya oleh Pioneer Electronics sekitar akhir 1980-an. Laser Disc
menjadi mainam atau hiburan baru setelah menggeser keberadaan video player
Betamax. Kualitas gambar dari Laser Disc ini jauh lebih sempurna
ketajamannya dari pada gambar Video player Betamax itu sendiri. Demikian juga
dengan kualitas suaranya setara dengan teknologinya Audio CD. Dari keunggulan
gambar dan suara itulah akhirnya video player Betamax ditinggalkan bahkan
dipasaran di jual obral kayak kacang goreng saja. Karena Produk Laser Disc yang
dijual di pasaran Indonesia adalah memakai sistem NTSC, dan televisi yang
menjadi jalur pentransferan gambar dari Laser Disc itu, maka televisi mengalami
perubahan sistem juga. Sebelum kedatangan Laser Disc, televisi yang
dipasarkan di Indonesia adalah bersistem PAL baik sistem penyiaran televisi
maupun sistem Video player yang waktu itu dimonopoli oleh Betamax keluaran dari
SONY. Untuk memenuhi kebutuhan dari peredaran Laser Dics, maka dipasarkan juga
televisi yang mampu menyalurkan berbagaimacam sistem diantaranya sistem Pal,
NTSC dan Secam menjadi satu fungsi hingga keluarlah televisi berformat Multi
Sitem. Dalam perkembangannya televisi ini terus mengalami pembaruan misalnya
keluar teletex, bilingual suara yang bisa dipindah-pindah berdasarkan film yang
diputar televisi. film yang menggunakan fasilitas bilingual kebanyakan film
impor yang diputar oleh stasiun televisi diantaranya film mandarin. dan
yang mengejutkan adalah hadirnya televisi flat telah menggeser televisi model
lama. Keistimewaan televisi flat ini adalah keredupan cahaya yang dipancarkan
dari televisi, sehingga kalau menonton lebih lama mata tidak mudah lelah. berkemdabgan
televisi dengan evolusinya itu, akan terus bergulir hingga memasuki tahun
2000-an sasat millenium ke 3 itu dikumandangkan. Dengan dipasarkanya televisi
multi sistem dengan berbagau varian itu, maka masyarakat rame-rame mengganti
televisinya supaya Laser Disc yang mereka beli dapat ditayangkan.
Ironisnya masyarakat yang tidak memiliki Laser Disc itu, juga ikut membeli atau
menggantinya dengan alasan mengikuti perkembangan zaman. Dalam perkembangannya
Laser Disc ini disatukan dengan produk Hifi sehingga selain bisa mendengarkan
Audio CD juga bisa menikmati film-film berformat Laser Disc. Brand-brand produk
Laser Disc yang dipasarkan di Indonesia adalah Pioneer, Sony, Kenwood, Toshiba,
aiwa serta yang lainnya. Dengan hadirnya Laser Disc di pasaran, maka ramailah
hiburan elektronik Indonesia, betapa tidak kemunculan Laser Disc itu, telah
dibuka rental-rental Laser Disc di berbagai kota-kota besar Indonesia yang
menyewakan film-film bioskop dalam format Laser Disc dari mulai film drama,
action, konser musik sampai Karaoke.
* Kehadiran peralatan
elektronik dalam sistem digital semacam Laser Disc di pasaran
masyarakat Indonesia merupakan babak baru Dunia Audio dan Audio Visual l
Indonesia yaitu masa transisi sistem dari analog menuju digital. Keberadaannya
merupakan sarana hiburan yang dapat dinikmati setiap waktu . Dari sinilah nanti
peradaban Indonesia makin menggeliat dalam pernik-pernik kehidupan masyarakat
modern sebagai hasil dari arus modernisasi.
8. Video Player dan
Recorder VHS
Seiring dengan
beredarnya kamera video VHS yang dimanfaatkan oleh dunia televisi lewat tangan
jurnalis untuk meliput pemberitaan di Indonesia itu, maka beredarlah di pasaran
Video Player VHS. Kehadiran produk ini dikarenakan pada era itu belum ada
sarana video untuk merekam atau Video Recorder, sementara Video Player Betamax
kurang diminati pasar walaupun seri terakhir mengeluarkan dalam bentuk
recorder, sehingga produk ini mulai ditinggalkan. Tujuan awalnya memang untuk
kebutuhan televisi guna pengeditan gambar-gambar hasil liputan yang dipandu
dengan peralatan semacam mixer yang bisa mengendalikan gambar mana yang direkam
serta pemberian efek transisi. Peralatan ini juga dimanfaatkan oleh para pemain
video shooting untuk keperluan acara keluarga semacam pernikahan, ulang tahun serta
acara dari perusahaan melalui pemesanan pada Studio Production tertentu.
Perusahaan yang bermain dalam Video Player dan Recorder VHS cukup banyak
diantaranya Panasonic, JVC, Toshiba, Sanyo dan ironisnya Sony yang menguasai
pasar Video Player Betamax di Indonesia pada waktu itu, kini turut bermain juga
dengan mengeluarkan Video Player dan Recorder. Karena peredaran Video Player
dan Recorder VHS berhasil dipasaran maka beberapa importir mendatangkan
film-film berformat VHS ke Indonesia lengkap dengan bandrol resminya. Melihat
peredaran film berformat VHS itu, maka rental-rental yang menyewakan Laser Dics
melengkapinya dengan format VHS. Tetapi dalam perjalanannya oleh para pedagang
yang bermain dalam elektronik itu rame-rame merekam film, konser musik, karaoke
ke dalam format VHS dengan menggunakan Video Player dan Recorder VHS yang
dikoneksikan dengan Laser Dics sebagai sumbernya, setelah itu dipasarkan secara
ilegal atau semacam bajakan gitu deh…Diluar dugaan ternyata hasil rekamannya
bagus , gambarnya serta suarnya hampir menyerupai kualitas Laser Disc, ini
semua tergantung dari kualitas Video VHS yang menjadi perekamnya. Dari
peredaran film-film berformat VHS itu akhirnya rental-rental yang menyewakan
Laser Disc mulai mendapat persaingan, karena dari harganya hampir sama dengan
sewa, beberapa orang mengatakan lebih baik beli VHS tetapi milik sendiri dari
pada menyewa dan terikat oleh waktu kalau terlambat mengembalikan kena
dendakan… walaupun itu original, tapi perbedaanya tak seberapa banyak kok.
Dalam perkembangan berikutnya Pabrik televisi menggabungkan Televisi dengan
Video Player dan Recorder VHS dalam satu desain kemasan seperti yang dilakukan
oleh Sony. Bagi yang mengirit biaya pembelian tentunya akan memilih model ini,
istilah populernya adalah “TWO IN ONE”. Perkembangan berikutnya perusahaan
lewat pabrikan brandnya telah menyempurnakan ketajaman gambar dengan
mengeluarkan seri Super VHS atau disingkat dengan S-VHS. Video ini dilelengkapi
juga koneksinya ke TV menggunakan kabel khusus berformat S-VHS, tentu saja
televisinya juga harus seri baru dengan tambahan khusus koneksi S-VHS juga.
Jika mengunakan televisi tanpa ada koneksinya S-VHS maka harus mengunakan
adaptor kabel yang beda kedua ujungnya, misalkan ujung yang ke televisi
mengunakan RCA sedangkan ke video memakai S-VHS. Koneksi kabel ini bagus
terpbungkus dalam satu kabel dibandingkan model sebelumnya yaitu kabel RCA yang
terdiri dari 3 warna kuning untuk videonya sedangkan merah-putih atau merah
hitam adalah untuk suara stereonya.
* Video Player dan Recorder VHS yang dikeluarkan
oleh bererapa brand itu telah mendukung dalam perekaman video, khususnya
penyiaran televisi untuk meliput pemberitaan. adalah diluar dugaan bahwa
keberadaan Video Player dan Recorder VHS ini mendapat sambutan dari masyarakat
untuk mendokumentasikan dengan cara merekamnya melalui film-film piringan
Laser Disc dari mereka sewa melalui rental itu menjadi koleksi pribadi dengan
kualitas hampir mendekati kesempurnaan *
9. Video Compact Disc
Player
Perkembangan
teknologi digital terus mengalami kemajuan hingga akhir tahun 90-an sampai ke
tahun 2000 ke depan. Perkembangan itu tidak saja dari sisi video player
digital saja tetapi dalam tata audio juga mengalami perkembangan yang luar
biasa hingga player digital dengan perangkat audio itu bisa disetarakan dengan
gedung bioskop. Ketika perusahaan Amerika lewat Lucas Films Ltd
menyetujui lisensinya pada produk elektonik untuk konsumsi rumahan itu, maka
hadirlah audio dengan lebel THX tersebut ke dalam perangkat elektronik untuk
pasar konsumen rumahan, sehingga hifi yang dipasarkan telah mensuport tata
suara THX dalam produk hifinya. Dalam perkembangan berikutnya reciver THXpun
dikeluarkan dipasaran lengkap dengan speaker setnya. Dari situlah lahir istilah
Home Theater pada seri-seri elektronik dalam masyarakat Indonesia. Kehebatan
tata suara ini adalah suaranya menyebar, sehingga kalau kita menonton sebuah
film dan duduk di tengah ruangan tersebut, seolah-olah kita menyatu
dengan film yang ditontonnya. Dari beredarnya tata suara THX ini akhirnya tata
suara stereo yang sebelumnya eksis itu mulai diremehkan bagi pecintah film-film
yang diproduksi oleh Amerika itu. Istilah Home Theater makin eksis di pasaran
Indonesia ketika Video Compact Disc Player atau disingakat dengan VCD ini
diluncurkan dipasaran. Kemunculan VCD ini dinilai praktis dalam penyajian atau
penampilannya. Ukuran yang lebih kecil dari Laser Disc ini dinilai oleh banyak
kalangan lebih enak dibawanya karena ukuranya sama dengan Audio CD yang sempat
beredar sebelumnya. Dari ukuran gambar frame yang dihasilkan gak jauh berbeda
yaitu dengan frame 352 x 240 untuk sistem NTSC sedangkan untuk Pal 352 x 288.
Dari peredaran VCD palyer itu, maka ramailah film-film, musik dngan berbagai
macam jenis diformat dalam bentuk VCD yang didatangkan oleh importir dari luar
lengkap dengan hrga label resmi pemerintah yang berstiker PPN. Dengan hadirnya
film-film, musik dalam bentuk VCD ini para rentalpun semakin pusing dalam
menjalankan usahanya, karena harus mengupdate ke dalam format tersebut,
sementara stock film atau musik VHSnya tinggal menunggu nasib dan lama-lama
dijual obral…begitu diobral gak laku juga…aaaa… bakar saja…!!! beres.
Kepandaian para pialang yang bermain elektronik itu telah melihat perkembangan
di masyarakat, dan keberadaan komputer sudah menunjukkan perkembangan dengan
pesat hingga melahirkan rekaman dalam format CD. Akibat dari kepandaian
komputer inilah akhirnya bisa merekam secara digital tentang gambar dan suara
dalam bentuk kepingan CD, sehingga berpeluang mengcopy VCD Original dengan CD
biasa yang banyak di jual dipasaran. Akhirnya munculah VCD Bajakan hingga
menjamur di masyarakat di bawah oleh para pedagang kaki lima. Dalam
perkembangannya para pabrikan mengabungkan beberapa produk yang sudah
dipasarkan misalnya VHS digabung dengan CD-VCD, Televisi digabung dengan VCD
atau sekalugus tiga fungsi Televisi-VHS-VCD . Demikian juga dengan produk
Hifinya telah menggabungkan tata suara THX ditambah dengan CD danVCD. Para
pabrikan yang bermain dalam produk ini adalah perusahaan dengan brand-brand
produk sebelumnya seprti Pioneer, Panasonic, Kenwood, Sony, Philips, Toshiba
dan produk korea masuk juga seperti Samsung. Produk elektronik mengalami harga
rendah hingga dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah, ketika produk
China itu hadir dipasaran Indonesia dengan beragam merek. Begitu kuatnya
keberadaan VCD dengan keragaman bentuk telah telah memasyarakat ke dalam
relung-relung kehidupan, pada hal pada waktu itu Indonesia lagi benar-benar
kena dampak dari krisis moneter hingga dolar Amerika melambung tinggi yang
berdampak pada naiknya harga produk elektronik kelas wahid menjadi tinggi
selangit. Anehnya walaupun terjadi krisis tersebut, tetapi masyarakat sangat
antusias ingin memilikinya, walaupun sederhana bentuknya, hal tersebut karena
didukung dengan beredarnya fasilitas perkreditan yang membantunya pada toko
elekronik tertentu dengan menerapkan fasilitas kredit dalam transaksi penjualannya.
Efek lain juga menerpah nasip Perfilman Indonesia dimana pada era tahun 80-an
masih dalam jaya-jayanya melakukan produksi film untuk kalangan
masyarakat Indonesia sendiri, namun dengan kehadiran VCD itu, keberadaan Gedung
bioskop sebagai sarana perputaran film Indonesia akhirnya kandas ditengah
jalan, gedung-gedung biaskop menjadi sepi dan berakhir dengan tutup digantikan
dengan show room kredit motor, kesemuanya itu habis ditelan derasnya arus
modernisasi. Karena peredaran VCD bajakan sangat banyak dengan produk harga
murah, maka para pemilik rental pun tinggal menungguh nasip dan siap-siap
banting stir untuk mengalihkan ushanya ke model lain, karena bisnisnya semakin
lama semakin sepi dan akhirnya sunyi.
* Video Compact Disc
Player dengan berbagaimacam pengemasan dalam keragaman produk elektronik serta
dukungan dari tata sura THX telah melahirkan Home Theater suatu istilah baru
bagi masyarakat Indonesia yang telah mendapat penerapan teknologi digital dalam
bidanga audio visual *
10 Digital Video Disc
Player
Memasuki Millenium ke 3
Indonesia sudah menunjukkan peradaban yang luar biasa dalam sendi-sendi
kehidupan. Hampir semua relung-relung kehidupan telah dibantu dengan beragam
kecanggihan teknologi modern walaupun keberadaan barang tersebut hanya sebagai
pemakai setia alias manusia konsumtif. Sejak masuknya teknologi digital telah
menjadi bagian penting suatu kehidupan, masyarakat Indonesia lebih mudah
melakukan pekerjaannya dengan kualitas lebih baik dari sebelumnya berkat
bantuan kecanggihan teknologi. Dalam bidang Audio Visualpun masyarakat
Indonesia telah dimanjakan dengan hadirnya teknologi digital dalam keragaman
bentuk yang ditampilkan. Kita tidak membayangkan sebelumnya ketika televisi
teknologi plasma masuk di Indonesia dengan memiliki bentuk tipis seperti
lukisan itu. Selama ini persepsi kita dihadapkan pada sebuah televisi tabung
dengan karakter bentuknya kotak mirip sebuah gardu tempat nongkrongnya orang
ronda di malam hari. Begitu datang televisi plasma kita terbengong…kok
bisanya…ya…kotak setipis itu bisa mengeluarkan gambar…? sambil
menggeleng-gelengkan kepala tatkala melihat demonstrasi pemutaran televisi
model baru dalam sebuah pameran audio visual. Dalam perkembangannya teknplogi
plasma ini dikembangkan pengemasannya hingga kata TV LCD menjadi ramai dipasaran,
walaupun tidak mengurangi bentuk visual dari pendahulunya. Dalam memasuki era
tahun 2000-an ini jangan heran kualitas gambar televisi sudah mencapai 5
kali dari kualitas sejak televisi berwarna itu dimunculkan. Dengan teknologi
gambar digital tersebut kita bisa merasakan keaslian dari obyek bidikan kamera
yang terbiaskan dalam layar televisi tersebut. Format gambarpun sudah
menyesuaikan format bioskop yaitu memakai istilah Wide Screen dengan
perbandingan aspect ratio 16 : 9 sehingga keadaan gambar berkesan lebih luas
dibandingkan dengan format konvensional yang mengacu perbandingan aspect ratio
4 : 3 dengan hasil gambar persegi. Penyajian gambar-gambar dinamis dalam
teknologi piringan cakram makin sempurna, ketika dikeluarkan Digital Video Disc
Player atau disingkat dengan istilah DVD Player. Format gambar yang dihasilkan
oleh pemutar cakram ini sudah menunjukkan kemampuan lebih tinggi resolusinya
daripada generasi sebelumnya yaitu berukuran framen 720 x 480 bersistem NTSC,
karena produk yang dipasarkan di Indonesia itu berformatkan NTSC mengacu sistem
televisi Amerika. keberadaan Home Theater makin menggila ketika dikeluarkannya
produk audio receiver berteknologi Dolby Digital yang sering diterapkan di
film-film produksi Amerika. Beberapa tahun kemudian disempurnakan lagi dengan
rekaman Digital Theater System atau disingkat dengan DTS. Dari teknologi itulah
sehingga kalau kita mau menonton sendiri di rumah seperti layaknya melihat film
di gedung bioskop kelas satu, kita akan merasakan berada dalam suatu
tempat seperti lokasi film itu sesungguhnya melalui efek surround sound
dari keluaran masing-masing 5 channel terpisah ditambah dengan 1 sub woofer
sebagai pemukul suara bas, lewat receiver Dolby Digital atau DTS yang
terkoneksi dengan DVD Player tersebut. Para pabrikan yang bermain dalam produk
ini adalah perusahaan dengan brand-brand produk sebelumnya seperti Pioneer,
Panasonic, Kenwood, Sony, Philips, Toshiba dan produk korea masuk juga seperti
Samsung termasuk produk keluaran China dengan harga relatif murah untuk
kategori produk tertentu. Inilah teknologi terkini yang bisa kita nikmati untuk
memuaskan diri kita, ketika kita mendapat masalah dengan putusnya hubungan
pacar membuat hati kita dongkol.
* Teknologi video dalam
format Digital Video Disc Player atau DVD Player, merupakan teknologi video
dengan kekuatan gambar digital serta didukung dengan teknologi tata suara
mutakhir yaitu Dolby Digital dan DTS, membuat film yang kita tonton itu menjadi
lebih hidup seperti lokasi sesungguhnya *
11. Kamera Video Mini
DV
Kamera video Mini DV
merupakan pengembangan dari kamera Handysam sebelumnya dimana kemunculannya itu
di era tahun 90-an ketika Audio CD mulai menguasai pasaran Indonesia.Kalangan
pemkai sering mengistilahkan nama lain yaitu Camcoder. Kamera jenis ini sudah
termasuk dalam kamera digital baik secar sistem maupun secara frame dari hasil
rekamannya. Secara sistem digital disebabkan adanya koneksi kabel Fire Wire
atau I-Links istilah dari groupnya Sony Corporation dimana kabel ini berfungsi
untuk merubah data analog menjadi data digital melalui Capturing di komputer
editing, kamera Digital video 8 keluaran Sony waktu itu juga sudah memakai
kabel jenis ini. Sebuah kamera video dikatakan sudah digital jika frame
rekamannya menghasilkan ukuran 720 x480 untuk sistem NTSC dan 720 x 576 untuk
sistem PAL, dengan Bite Ratenya mencapai 25Mb/s. Dari penyataan inilah
akhirnya kamera Video berformatkan Mini DV sudah digolongkan kamaera Video
Digital, namun dalam kapasitas standard. Dengan dikeluarkannya kamera jenis
ini, maka pasaran kamera video di Indonesia mulai marak lagi dan trand serba
digital mulai digalakkan dalam setiap kesempatan hingga banyak orang
terprovokasi untuk membelinya dengan alasan kamera format analog ketinggalan
jaman. Beberapa tahun kemudian setelah maraknya kamera video digital dipasaran,
kamera handycam berformat analog itupun hilang dari pasaran dan sulit
diketemukan lagi. Kamera jenis ini dalam perekamannya memiliki 2 model yaitu
mengunakan model konvensional dengan aspect ratio 4:3 atau model Wide Sscreen
dengan aspect ratio 16:9. pada seri berikutnya kamera diganti dengan
penyimpanan model card dan bentuk kamera lebih kecil dengan layar lebar mengacu
aspect ratio 16:9, bahkan sampai mengekuarkan kualitas HD. Brand yang paling
banyak bermain adalah Sony dan Panasonic, meskipun brand lainnya mencoba
memasarkannya tapi berhasil seperti Sony yang dipercaya menguasai pasar
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan para jurnalis televisi dimana pada waktu
sebelumnya telah memakai kamera VHS dengan banyak keluaran dari Panasonic itu,
akhirnya mengeluarkan versi PD tetap dalam format mini DV dengan dilengkapi 3
CCD sehingga menghasilkan gambar lebih halus khususnya seri HD untuk itulah
kalangan megolongkannya pada professional Camera. Panasonicpun
mengimbanginya dengan meluncurkan versi AG. Akhirnya professional Camera
ini baik keluaran Sony maupun Panasonic laku untuk kebutuhan televisi khususnya
pada divisi pemberitaan yang dipakai para jurnalis mencari sumber berita.
Professional Camera dalam format Mini DV mengalami peningkatan resolusi tinggi,
setelah Canon mengeluarkan seri XL-2 dengan hasil rekaman mencapai 800-900
garis televisi, sehingga gambar yang dihasilkan jauh melebihi garis standard
televisi, tetapi jangan lupa harganya selangit pada waktu itu, hanya
orang-orang atauperusahaan tertentu yang membelinya atau memilikinya.
* Kamera Video Mini DV
merupakan kamera video dengan format digital baik secara sistem maupun hasil
resolusi frame merupakan kamera video stavdard digital. Kamera ini laku dalam
dunia televisi sebagai senjata perekam bagi jurnalis dalam mencari sumber
berita pada versi-versi berikutnya sudah dilengkapi dengan 3 CCD dengan hasil
penyimpanan gambar samap 900 garis horizontal televisi *
12. Kamera Video Disc
Kamera jenis ini
berkembang di masyarakat Indonesia dikarenakan adanya DVD player dipasaran.
Kamera ini hadir untuk membantu para mendokumentasikan kegiatan rumah semacam
hajatan, ulang tahun, khitanan ataupun pernikahan dengan menggunakan bahan
sakram DVD, sehingga hasilnya dapat langsung diputar pada DVD Player tanpa
pengeditan terlebih dahulu. Ini adalah akal-akalan Sony dalam menangkap pasar
di Indonesia dimana pada waktu itu masyarakat demam gambar kwalitas DVD,
sehingga Sony mengeluarkan jenis ini meskipun Brand lain mencobanya, namun
kalah pamornya dengan merek Sony yang sudah melekat di hati masyarakat
Indonesia. Kamera jenis ini cocok untuk orang-orang awam yang tidak
mengerti tentang video apalagi pengeditannya, dengan menggunakan kamera ini
maka dapat menghasilkan dokumentasi secara digital dengan mudah. Dari hasil
rekaman gambar sudah bagus dengan frame 720×480 dalam sistem NTSC dan 720×576
dalam sistem PAL dalam format MPEG-2. sasaran target pasar kamera ini
adalah rumahanatau kebutuhan pribadi, sehingga kamera ini jarang dipakai di
dunia industri khususnya televisi. Kamera ini tidak pernah mengalami
perkembangan hanya beberapa tahun saja eksis di Indonesia, selanjutnya hilang
dari pasaran begitu saja.
*Kamera Video dengan menggunakan bahan
penyimpan cakram DVD bertujuan unutk mendokumentasikan kejadian atau peristiwa
dimana hasil rekamannya nanti dapat dilihat secara langsung tanpa melalui
pengeditan di dalam DVD Player. Kamera ini sasarannya adalah rumahan atau
keperluan pribadi bagi orang-orang awam tentang video *
13. Kamera Video DV CAM
dan DV CPRO
Kamera Video DV CAM dan
DV CPRO adalah kamera video berformat digital dimana peredaran di pasaran
Indonesia di era 90-an. Kamera jenis ini adalah pasaranya mengarah pada dunia
industri bukan target rumahan. Kamera jenis ini cocok intuk industri televisi,
karena resolusi yang dihasilkan sudah mencapi 800 sampai 900 garis horizontal
televisi. Program-program acara televisi semacam video clip, iklan televisi dan
sinetron cocok menggunakan kamera ini. Perlu diketahui sejak munculnya televisi
Indosiar disusul dengan televisi lainnya itu, sistem penyiaran digital sudah
diterapkan baik gambar maupun suaranya. Kalau pada awal munculnya RCTI dan SCTV
menggunakan suara Zweton Stereo sedangkan gambar masih analog, tetapi Indosiar
mendahuluinya dengan sistem suara Nicam, dimana susranya sudah setara dengan
digital. Sejak itulah akhirnya semua televisi ketika rame-rame memasuki era
digital sistem suara Zweton Stereo mulai ditinggalkan dan RCTI dan SCTVpun
mengubahnya dengan menggunakan sistem suara Nicam untuk menyesuaikan gambar yang
sudah masuk ke era digital. Mengenai Kedua kamera ini kualitasnya sama, hanya nama saja yang
membedakannya. Pabrikan Sony mengeluarkan Seri DV CAM seperti pada versi DSR
400WSP, sedangkan Panasonic mengeluarkan Seri DV CPRO dengan versi AJ D410, dan
itu akan terus berkembang pada versi-versi berikutnya tentu saja denga kualitas
lebih tinggi dan harganya juga menyesuaikan tingginya. Kamera jenis ini
pula yang dipakai oleh Production House dalam memproduksi sinetron-sinetron
hasil pesanan stasiun televisi yang memang pada waktu itu tidak diproduksi oleh
timnya sendiri, tetapi di lempar kepada dunia rumah industri alias Production
House.
* Kamera Video DV CAM
dan DV CPRO merupakan kamera video berformatkan digital dimana target pasarnya
adalah industri televisi untuk memproduksi program acara-acaranya semacam iklan
televisi dan Sinetron dimana produksinya dipercayakan pada perusahaan
production House *
14. Kamera Video High
Definition /HDV
Kamera video jenis
ini merupakan jenis kamera terbaru dan beredar di Indonesia pada tahun era
200-2n. Kamera ini mempunyai resolusi tinggi, sebagai penyeimbang keluarnya
televisi plasma beresolusi High Definition. Frame yang dihasilkan kamera ini
mencapai 1440 x 1080 pixel bahkan kamera Sony seri HDW-F900R mampu merekam
hingga resolusi frame 1920 x1080 pixel,baik di 25/P maupun 29,97/P,
sungguh resolusi yang mantap dalam menghasilkan gambar cemerlang jika
seandainya dimainkan dengan televisi berstandardkan High Definition pula. Harga
kamera jenis ini mahal selangit sehingga hanya dunia industri televisi yang
bisa memilikinya atau perusahaan rental khusus meminjamkan dan melayani
Production House dalam menggarap sinetron berdasarkan pesanan dari stasiun
televisi dari rekan kerjanya. Pabrikan yang mengeluarkan jenis ini adalah Sony
dengan serinya terbarunya HDW-F 900R sedangkan Panasonic mengimbanginya pada
seri HPX 3700. Ini adalah kamera profesional dalam industri televisi dan itu
akan terus mengalami perkembangan pada masa akan datang seiring dengan
berkembangnya teknologi televisi yang mengarah kesamaan tujuan pemesarannya.
Apapun hasil eksperimentasi dari negara-negara produsennya itu tentu akan
mengalir di pasaran Indonesia dan kitapun akan menikmatinya walaupun terkadang
tidak bisa memiliki dalam bentuk kependaannya akan tetapi hanya hasil gambar
saja lewat pancaram layar televisi hingga membias ke mata kita ketika
sedang menonton pameran Audio Visual di JHCC sambil makan donat yang baru
saja dibeli sebelum masuk dalam ruangan pameran.
* Kamera Video High Definition merupakan kamera
video digital dengan hasil rekaman beresolusi tinggi guna menyeimbangkan atas
keluarnya televisi High Definition. Dengan keluarnya kamera video High
dDefinition ini, maka gambar-gambar hasil rekamannya akan cemerlang jika
dimainkan pada televisi dengan teknologi sama *
15. Kamera Video P2
High Deffinition
Kamera Video P2 HD
merupakan kamera berkualitas High Definition yang mampu merekam dengan resolusi
tinggi. Kehadiran kamera video dari pabrikan Panasonic ini ditujuak untuk
penguranan biaya operasional untuk mendapatkan gambar dengan kualitas hHigh
Definition, namun tidak mengurangi kualitas gambar itu sendiri. Bentuk dari
kamera ini mungil tidak sebesar seri kamera profesional semacam HPX 3700 dari
pabrikan Panasonic itu sendiri. Namun dengan kemungilannya itu, kamera ini
mampu merekam gambar sampai resolusi tertinggi yaitu 1920 x 1080 pixel sungguh
luar biasa kemempuannya. Penyimpanan data sudah dialihkan dalam bentuk Card,
dengan harapan tahan guncangan bahkan mampu dalam kondisi normal meskipun
cuacanya ekstrim, tidak seprti bentuk menyimpanan kaset manetik terkadang dalam
operasionalnya mengalami gangguan mekanik. Dengan penyimpanan data gambar ini
dalam bentuk Card segala resiko dapat diantisipasi sebelumnya. Data penyimpanan
ini terdiri dari 3 jenis diantaranya 16 GB, 32 GB dan 64 GB. Kapasitas
penyimpanan P2 keluaran Panasonic ini mudah digunakan kembali setelah
pentransferan data, melalu koneksitas langsung baik di di dalam kamera maupun
di dalam pc atau laptop sekalipun. Seri P2 dari Panasonic ini adalah
HPX-170, AG-HVX 200.Dengan dikeluarkan produk ini, maka Sony tidak mau
ketinggalan juga dan menendinginya dengan seri PMW dan versinya adalah PMW-EX3
dan PMW -f3. Secara spesikasi hasil rekaman sama-sama memadahi tinggal
tergantung dari masing-masing pengguna sesuai dengan pilihan dan fanatikisme
dari brand pujaannya. Karena masalah penggunaan kamera di Indonesia tergantung
dari masing-masing orang yang memang sudah fatik pada brand pilhannya. Dari
bentuk Card yang dipaki untuk menyimpan data Sony lebih kecil ukurannya dari
pada keluaran Panasonic. Card untuk Sony bernama SxS sedangkan Panasonic P2.
* Kamera Video P2
termasuk kamera High Definition dengan bentuk pengemasannya yang kecil dan
ringan itu, telah mampu menciptakan resolusi tinggi hingga 1928 X1080, suatu
ukuran kecil bentunya namun tanpa mengurangi kualitas layaknya sebuah kamera
video *
Comments
Post a Comment