Setelah format penyimpanan analog yang berupa cakram terkenal cukup lama, pada tahun 1993, Microsoft mengeluarkan format baru dalam bentuk digital, yaitu VCD (Video Compact Disc). Cara kerja VCD tidak mengerok gelombang video diatas kepingan CD, tetapi VCD mengerok (menggoreskan) gelombang data digital yang jika dibaca dan diproses oleh alat bernama processor, file tersebut akan terbaca sebagai file video. File video tersebut lalu dibaca oleh prosesor sebagai simbol biner ‘0’ dan ‘1’. Seperti halnya memutar video di komputer, player VCD bukan menterjemahkan goresan-goresan pada kepingan menjadi sinyal video melainkan menjadi sebuah file yang kemudian file tersebut dibaca oleh software milik player tersebut.
VCD adalah kompresi MPEG-1 dengan
ukuran gambar yang sangat kecil, yaitu 352 x 288 (PAL), 350 x 240 (NTSC)
sebanyak 200 line. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kompresi
habis-habisan dimana VCD (kompresi MPEG 1) dapat menyimpan video berdurasi 1
jam dalam file berukuran 650Mb (bitrate 1150Kb/detik). Padahal file DV
membutuhkan 13,2Gb (13.200mb) per jamnya. Untuk menghasilkan file VCD, setelan
(setting) harus benar-benar akurat dari sisi bitrate maupun ukuran gambar
(lihat di atas). Penggunaan VCD di Indonesia masih tenar hingga saat ini. Pada
negara-negara di Amerika dan Eropa, VCD tidak digunakan lagi seiring dengan
ditemukannya teknologi DVD (Digital Versetail Disc) di tahun 1997, dimana dalam
satu keping DVD dapat menampung data sebesar 4,7GBite (4,5 GBytes atau 4.500
Megabytes) atau sama dengan 7 keping CD.
DVD-Video (Digital Versetail Disc
Video) bekerja mirip dengan VCD, dimana data video ditulis dalam kepingan DVD.
Ketika dibaca oleh player, baru software yang ada di dalam player
menterjemahkan data tersebut sebagai data video. Hanya saja yang berbeda, video
yang berformat DVD menggunakan kompresi MPEG-2 dan mampu menghasilkan gambar
seukuran DV, yaitu 720 x 576 (PAL) dan 720 x 480 (NTSC) dengan jumlah garis
horizontal 576 line. Bitrare pada DVD lebih fleksibel, tergantung kualitas
yang diinginkan. Semakin kecil bitrate yang digunakan, semakin kecil pula file
video yang dihasilkan, dan semakin banyak pula durasi video yang dapat di
tampung pada satu keping DVD. Bitrate yang banyak digunakan antara lain
3000kb/detik (untuk durasi 120 menit), 6000kb/detik (90 menit) dan 9000kb/detik
(60 menit).
Pada tahun 2001, dengan kualitas
yang sudah berkualitas sangat tinggi dan harga yang sangat murah (kepingan
DVDnya sendiri maupun playernya) DVD segera menjadi standar video yang baru
pada kelas konsumen. Konsumen tidak lagi harus tersingkir dari segi kualitas.
Tapi dengan DVD, konsumen dapat menyaksikan atau memiliki video sendiri yang
dapat menghasilkan kualitas gambar dan suara yang tidak kalah dengan format
penyiaran (broadcasting). Dalam penyiaran, format MPEG-2 untuk DVD juga
digunakan untuk pengiriman gambar dari stasiun TV luar negeri via satelit
ataupun SNG (Satelite News Gathering). Para penyedia layanan TV langganan (TV
Kabel dan Indovision/Astro) juga menggunakan format MPEG2 dalam
penyiarannya).
Pada perkembangannya, tercipta Blue-Ray
Disc, EVD (Enchanged Versetail Disc) dan HD-DVD untuk media
menyimpanan cakram optik lainnya. Teknologi DVD juga digunakan dalam media
perekaman yang digunakan oleh konsumen sepeti DVD-Handycam yang direkam
dalam format MPEG-2. Sayang format ini kompatibitasnya kurang.
Comments
Post a Comment