Cara Mesra Bikin Film



Tanpa sengaja saya membaca status facebook dari seorang teman, yang bunyinya begini...

For all filmmaker out there, what is your ultimate goal?
1) to be famous
2) to be heard
3) to win an award in film festival
4) to be rich
5) other...

Yang jadi pertanyaan, siapa yang melontarkan pertanyaan ini? Dia adalah Lulu Ratna. Kalian bisa contact di akun facebook ini...

Klik

Seinget saya Lulu Ratna bukan sutradara, tapi dia penggiat festival film. Salah satu yang saya ingat adalah Europe on Screen. Jadi kalau mau tanya-tanya tentang Festival Film Eropa di Indonesia, ya tanya ke dia saja. Kali ini saya hanya akan membahas masalah “goal” kita saat membuat film.

“Goal” kalau dalam bahasa kita kira-kira artinya, tujuan. Ada yang menyambungkan tujuan itu dengan visi, ada juga yang menyambungkan dengan hal lain. Tapi biar enak kita sepakat saja bahwa “goal” itu adalah tujuan. Ya, mirip-mirip kalo kita main bola. Kalau kita berhasil mencetak gol, berarti tujuan kita tercapai.

Kalau kita ditanya, apa tujuanmu membuat film? Pasti kita akan punya banyak jawaban. Seperti ingin terkenal, ingin didengar, ingin dapat penghargaan di festival bergengsi, ingin kaya, ingin ini, ingin itu. Macam-macam alasan yang keluar dari pikiran kita untuk pertanyaan yang satu ini. Malah kadang-kadang ada juga yang tujuan bikin filmnya, ya... “Pengen bikin film ajah”. Apapun jawabannya, suka-suka hatilah. Tidak ada yang melarang ekspresi kita dalam hal membuat film.

Yang menarik adalah, bagaimana cara kita mencapai tujuan itu? Kalau ingin kaya, ya caranya bikin film yang bisa menghasilkan uang banyak. Pakai prinsip ekonomi, bikin film murah tapi bisa menghasilkan keuntungan banyak. Dulu saya pernah menonton film Hollywood dengan judul Bowfinger. Seperti apa ceritanya, cek saja di wikipedia. Film ini sangat menginspirasi kalau kita ingin membuat film murah, tapi bisa pakai aktor mahal.

Kalau ingin membuat film yang bisa menang festival, caranya lain lagi. Pelajari dulu karakter festival film itu. Misal festival film tentang lingkungan, bikinlah film tentang perang. Atau festival film tentang homo, bikinlah film tentang poligami. Dijamin nggak bakalan menang, deh. Kalo nggak percaya, coba saja.

Ada lagi bikin film supaya kita didengar. Supaya cara ini berhasil, ya bikin film bisu saja. Nggak usah pakai text, nggak usah pakai keterangan apa-apa. Biar kita saja yang tahu maksud film itu apa. Jadi kalau penonton habis nonton kebingungan, baru deh kita jelasin bahwa film itu ceritanya tentang apa. Yang penting didengar, kan? Masalah yang dengar sebel atau enggak, bodo amat!

Terus kalau ingin bikin film supaya cinta kita diterima sama si dia. Bikin saja film tentang cara-cara membina rumah tangga. Terus kalau belum ingin punya anak, ya pakai alat kontrasepsi yang aman. Jadi cinta dapat, sponsor juga dapat. Kalau tidak juga dapat, ya telen aja jamban.

Inti dari pembahasan ini adalah, ada banyak alasan kita dalam membuat film. Semakin unik, semakin membuat kita jadi pusat perhatian. Dibuat enjoy aja, nggak usah terlalu serius. Soalnya “Seurieus Band” sudah ada, ngapain lagi hidup serius-serius amat. Kalo mau bikin, yang ciyus ciyus aja deh. Biar filmnya gaul dan diterima masyarakat luas, sehingga tujuan filmnya tercapai.

Kalau saya pribadi sih, tujuan bikin film adalah karena... cinta. Soalnya menurut saya, kalau cinta itu semuanya dapat. Bisa dapat penghargaan, bisa dapat untung, bisa dapat perhatian publik. Ya, minimal kalau nggak dapat satu aja dari 3 pilihan itu, aku akan dapat kamu yang akan mengisi hari-hari sepanjang hidupku.

#Eaaak #Gubrak #Gubrak #Tuing

Comments