1001 Tiket Film Indonesia



Setiap hari kita membahas tentang film, terutama produksi Hollywood yang masuk ke Indonesia. Dominasi film Hollywood di bioskop bukan hal yang baru lagi. Setiap saat film kita berhadapan dengan film yang jor-joran secara promosi. Akibatnya film kita tersingkirkan, dan ini menjadi masalah. Masalahnya adalah, kalau dominan penonton mampir ke bioskop karena film Hollywood, bagaimana nasib perfilman kita?

Kemarin saya menonton 2 film Indonesia di 21 Cineplex Internasional Plaza, Palembang. Yang pertama adalah Perawan Seberang, yang jumlah penontonnya sedikit. Kedua, Cinta/Mati yang jumlah penontonnya lumayan. Di situlah muncul ide tentang, bagaimana mengatasi masalah penonton kita?

Seperti yang kita lihat di data penonton film Indonesia, bahwa jumlah penonton kita menyusut. Memang masalahnya banyak faktor, mulai dari situasi politik di tiap daerah, sampai ke kenaikan BBM yang menurunkan daya beli masyarakat. Tapi saya mau spesifik membahas dari sudut pandang film saja.

Sambil menunggu panggilan untuk masuk ke Studio 2, saya pun menemukan ide. Idenya bermula dari sebuah pertanyaan kepada diri sendiri. Pertanyaannya, apa sumbangsih saya terhadap perkembangan film di Indonesia? Saya pun jadi mikir, bikin film layar lebar saja baru sekali (Terowongan Rumah Sakit), jadi apa dong sumbangsih saya?

Muncul sebuah ide tentang tiket bioskop yang saya pegang. Tiket ini bisa menjadi sumbangsih saya terhadap perfilman Indonesia. Artinya, dengan membiasakan diri memfoto tiket saat kita menonton, kita sudah berpartisipasi dalam menyumbang perfilman Indonesia.

Lalu saya punya pertanyaan yang lebih gila lagi. Berapa tahun yang saya butuhkan untuk memfoto tiket film Indonesia sebanyak 1001 buah? Karena 1001 Tiket Film Indonesia itu artinya 1001 Produksi Film Indonesia.


Kenapa harus 1001? Memang terinspirasi dari dongeng 1001 malam. Selain itu karena 1001 itu akan dibagi 2 film per minggu. Jadi kalau menurut hitungan saya, untuk mengumpulkan tiket sebanyak 1001 buah, butuh waktu selama 501 minggu (dibulatkan). Kalau satu tahun ada 50 minggu, kisaran 10 tahun saya akan memfoto tiket tersebut.

Apakah saya akan sampai ke tahap itu? Kita semua nggak ada yang tahu, kan? Tapi paling tidak, dengan cara ini saya akan menunjukkan sumbangsih saya terhadap perfilman Indonesia. Saya akan mulai dari sekarang, dengan 2 tiket dari film Cinta/Mati dan film Perawan Seberang.

Semoga tercapai!


Comments